Tentang Raditya Dika, Depresi, Dovi, dan Lainnya

Awalnya, nggak tahu kenapa saya nggak suka Raditya Dika. Tapi, belakangan, saya jadi tersadarkan kalau Dika itu betulan cerdas. Dan yang paling penting sih menurut saya, dia melakukan sesuatu bukan karena materi semata (walau ini juga penting, tapi bukan segalanya). Dia pernah bilang soal ini di salah satu videonya yang colab bareng temannya, saya lupa namanya.

Kalau dilihat gitu aja, pasti tulisan-tulisan Dika itu kayak, ngomongin apaan sih ini orang, nggak jelas banget. Tapi, waktu kamu ngeluangin waktu buat baca sampai selesai, kamu bakalan tahu kalau dia menghadirkan sesuatu yang berguna dan bermanfaat kalau mau kita ambil. Karena nggak semua orang baca ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekadar membunuh waktu. Itu menurut saya, sih. Kalau kamu punya pendapat lain, silakan.

Saya lagi senang lihat diskusi Dika sama beberapa temannya. Terakhir yang saya lihat itu yang sama Dovi. Yang mereka bicarain itu penting sih menurut saya. Kalau kamu baca judulnya, isi obrolan mereka memang nggak full ngebahas soal itu. Soal depresi, well, ini agak berat sih karena saya nggak tahu apa semua orang pernah mengalaminya, tapi, saya pernah cerita sama teman saya kalau setiap orang rentan untuk kena depresi. Termasuk saya dan juga mungkin kalian yang di luar sana yang kalau lagi baca tulisan ini, kalian nggak sendiri.

Sebagai seorang muslim, saya akan melihatnya tentu saja sesuai dengan apa yang saya yakini. Karena, belakangan kayaknya lagi tren banget muslimah yang buka jilbab. Ini agak menyedihkan sebetulnya. Belum lagi soal LGBT, intoleransi yang seakan terus didengungkan agar kita terbiasa dengannya dan akhirnya kita akan kebal atau malah terkesan nggak peduli dan ujung-ujungnya membiarkan atau bahkan pasrah sama kejadian yang sudah kadung sering didengungkan itu.

Yang perlu kita ketahui, menutup aurat itu (kita nggak bicara hukum ya karena sudah jelas) diturunkan untuk melindungi kita para perempuan. Apa yang diteriakkan feminisme di luar itu adalah hak mereka. Yang menjadi masalah kalau mereka mencoba untuk memaksakan orang lain untuk memiliki pemikiran yang sama dengan mereka. Cari teman biar nggak sendiri.

Alhamdulillah, di negara kita, semoga nggak ada ya perempuan yang berteriak kebebasan dengan bertelanjang dada di muka umum. Kebebasan itu, sebebas apapun ia tetap diikat oleh hukum yang berlaku di negara kita tinggal. Kebebasan itu selalu disertai dengan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara. Jadi, nggak ada yang namanya kebebasan absolut (kecuali untuk keyakinan) selama kita masih berstatus sebagai seorang warga negara di sebuah negara.

Kebebasan juga dibatasi dengan budaya, adat serta kebiasaan di tempat dimana kita tinggal. Kita punya semacam panduan apa yang biasa kita sebut dengan dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Mungkin orang-orang barat nggak punya falsafah hidup semacam ini. Dan itu kita hormati. Sayangnya, bangsa ini seperti selalu merasa lebih rendah dari orang-orang barat.

Kita pasti masih suka lihat kalau orang kita masih suka nunduk-nunduk gitu kalau ketemu sama orang bule. Atau misal pelayanan di tempat publik, orang barat biasanya dapat pelayanan yang lebih dari pribumi. Nggak usah yang tajir, yang biasa aja dilayani dengan sangat sangat baik, sementara orang lokal, baru diperlakukan sama kalau dia berduit.

Saya nggak tahu sih kalian merasakannya atau nggak, tapi saya masih merasakannya. Betapa kita masih memandang orang berduit itu wah. Malah sampai ada kata-kata, makanya kalau miskin nggak usah sakit, kira-kira ini darimana datangnya? kita seharusnya malu, khususnya pemerintah karena sakit itu bisa menimpa siapa saja, baik yang beruang atau yang nggak.

Pemerintah, harusnya lebih sering meminta maaf waktu dikritik rakyat, berterima kasih karena nggak mungkin pemerintah bekerja secara sempurna. Kejahatan saja nggak yang ada bisa sempurna. Apalagi rumah tangga.

#Lah

Ok. Skip. Maklumlah, jomblo. Tapi, soal ini menarik juga buat dibahas, sih. Abis ini kali, ya. Dan sebelum melebar, kita harus balik ke soal semula kenapa tulisan ini dibuat. Soal depresi, kalau kalian lagi mengalaminya atau ada tanda-tanda bakal kesana, bicara sama seseorang. Seseorang yang bisa kalian percaya, syukur-syukur kalau kalian bisa bicara sama seseorang yang baik pemahaman agamanya. Kalau kalian merasa perlu untuk menemui psikolog, lakukanlah. Akan lebih baik kalau psikolog yang pemahaman agamanya baik.

Kenapa ini penting, kalau menurut saya, depresi itu terjadi karena hubungan kita sama Alloh lagi jauh. Kita berusaha untuk menyelesaikan semua masalah kita sendiri, menumpuknya rapat-rapat di dalam dan menganggap kita bisa menyelesaikan itu semua sendiri. Padahal, semua yang terjadi di dalam hidup kita itu karena Alloh mengizinkannya terjadi.

Saya pun berusaha meyakinkan diri saya dengan kondisi saya yang sekarang kalau Allah mengizinkan ini terjadi. Masalahnya kan tidak berhenti disana. Bisa saja kalau saya pengin itu berhenti disana, yang bakal terjadi kan mungkin saya nggak lagi kepengin hidup karena merasa sudah jadi manusia yang nggak berguna, sarjana kok pengangguran, atau sudah umur segini kok belum nikah-nikah?

Serius, kalau itu semua kita pikirin, kita pasti nggak akan sanggup bertahan hidup bahkan untuk semenit? Saya jadi mengerti, kenapa Dovi bisa tiba-tiba merasa blank, hampa, dan masuk ke masa dimana dia nggak pengin melakukan apapun, makan pun nggak hasrat. Yang harus disyukuri, nggak pernah terlintas di kepalanya untuk melakukan bunuh diri, karena yah, ada yang berpikiran untuk melakukannya.

And they really do it. Bahkan ada yang bunuh diri karena ditinggal pacar atau pacarnya selingkuh. Sesepele itu, tapi, buat yang mengalami, kita nggak tahu rasanya kayak apa. Tapi memang ada yang bermasalah dalam cara mereka memandang persoalan ini.

Buat yang hidupnya baik-baik saja, pasti kamu akan terdengar menyepelekan atau meremehkan soal ini. Tapi, serius. Kamu nggak boleh melakukan itu kalau kamu menemukan orang yang menurut kamu, ini orang kenapa sih? karena kita semua itu struggling dengan kehidupan kita masing-masing. Be respect for it. 

Dan buat sister fillah yang mutusin untuk melepas jilbabnya, dengan alasan apapun itu, kita mendoakan semoga Allah bisa melembutkan hati kita untuk kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Mari kita berhenti untuk menjadi hakim untuk hidup orang lain.

Hidup ini sendiri sudah sebuah ujian, janganlah kita menjadi ujian untuk orang lain dan oleh karenanya akan menambah daftar buat kita untuk ditanya di akhirat nanti. Saya tahu, Dika nggak perlu pujian dari orang lain, tapi saya ingin berterima kasih dan berharap kalau apa yang disajikan Dika bisa diikuti oleh anak muda lainnya. Menyajikan konten positif, bermanfaat dan dibawakan apa adanya (tanpa setingan).
Apapun yang kita lakukan, lakukanlah karena mengharap ridho Allah SWT semata. Jika kita ingin berbuat baik, baik saja tanpa mengharap balasan. Jika kita berbuat buruk pada orang lain, ketahuilah bahwa bahwa setiap perbuatan akan kembali kepada pembuatnya. Jika ia baik maka akan baik balasannya begitupun sebaliknya.

Wallahu ta'ala a'lam bisshawwab
    












 

Komentar

Postingan Populer