Draft Novel
Prolog
Pondok Indah
I really love doing this. Just watching the leaf dancing while wind
blows. Rey menutup kedua matanya. Menghirup udara segar yang memainkan anak
rambutnya dengan manja. Rey memang betah berlama-lama di lantai paling
atas di kantornya yang terletak di bilangan Fatmawati. Lantai lima itu cukup
luas.
Kamar itu tidak terlalu luas karena hanya bisa menampung dua buah
kasur yang digeletakkan di lantai dan sebuah televisi yang sudah rusak.
Sebenarnya ada sebuah kamar mandi, tapi karena jarang digunakan, kamar mandi
itu kini dihuni oleh laba-laba dan debu. Membuat siapapun malas mampir ke dalam
meski hanya untuk buang air kecil.
Rey merentangkan kedua tangannya. Matanya masih terpejam.
Membayangkan adegan Rose Dawson yang sedang berencana untuk melompat dari atas
kapal pesiar canggih, Titanic yang sedang berlayar di tengah laut lepas.
Bibirnya menyeringai lebar saat adegan itu batal terjadi karena
Jack Dawson keburu datang. Ah, Jack... kamu pria yang begitu sempurna di mata
Rose, kekasihmu yang cantik itu. Siapa yang
tidak akan terpesona pada senyum mu yang genit dan misterius itu, Jack?
Aku juga pasti akan jatuh ke dalam pelukanmu. Rey meringis.
Jack,...Argo,... they both much alike. What should I do? Rey
menghembuskan nafasnya keras-keras. Matanya mengerling beberapa kali saat
membuka. Argo... Rey menggumam. Kira-kira apa yang ada di pikiran lo tentang
kita, go? Tentang gue. Apa kita merasakan perasaan yang sama. Well, gue harus
mengakui go kalau kebersamaan kita selama dua tahun ini menyisakan begitu banyak
cerita.
Komentar
Posting Komentar