5 tipe penumpang kereta (cl)
beberapa hari yang lalu, saya kembali menaiki moda transportasi yang kini semakin diminati oleh warga Jabodetabek. terlebih setelah disterilkannya stasiun dari pedagang asongan (yang dimana menurut saya nggak perlu-perlu banget dilakukan) dan asap rokok (ini baru terobosan). banyak pengunjung yang merasa semakin nyaman begitu memasuki stasiun, dan menaiki kereta yang tak lagi kumuh dan riuh seperti beberapa waktu yang silam.
kalau saya sih, kok lebih senang waktu kereta ekonomi masih eksis ya, karena lebih berasa naik kereta kalau sudah mendengar tumpang tindih suara tarahu tarahu kacang kacang kacang dengan yang lainnya.
dan di commuter line kemarin, terima kasih untuk masinis yang tugas pagi karena kaki saya baru satu menjejak di dalam namun pintu sudah ditutupnya. sore harinya, perjalanan menuju pulang, saya kembali memilih menaiki si kuda besi ini dengan alasan lebih murah dan cepat dibanding busway yang... begitu.
buat anker sejati, pasti udah pada nggak kagetlah dengan suasana kereta pagi dan sore hari (jam pergi dan pulang kantor) yang bisa dibilang selalu padat dat dat bak kue lapis legit yang legit lengket gimana gitu. lengket? kok bisa sih? ya kalau mau lebih afdhol sih, cobain aja naik kereta di jam-jam pp kantor, dan rasakan sendiri sensasinya.
jadi, kemarin itu, pas kereta bogor yang saya naiki sampai di manggarai, kereta bekasi itu udah mejeng dengan manis di jalur 2. nggak tahu udah berapa lama. di saat yang lain berlomba-lomba berlarian mengejar si hitam manis, saya jalan biasa aja. nggak nyantai tapi nggak buru-buru juga. saya pikir kalau rejeki kan nggak akan kemana. eh, beneran deh, pas saya coba nyeberang (karena di sisi yang satu udah nggak mungkin masuk), kereta masih belum ada tanda-tanda mau jalan, dan kayaknya sih badan saya yang imut ini masih bisa nyempil diantara penumpang lain yang jauh lebih besar dari saya.
pas saya bersiap menjejakkan kaki ke dalam, seorang ibu ngeliatin saya gitu dengan tatapan yang seakan nggak ridho kalau saya nambah-nambahin beban cl sore itu, sambil berkata "nggak muat lagi, mbak. di belakang aja."
batin saya, kalau lebih lega di belakang pasti saya udah milih masuk sana. tanpa mengindahkan tatapan maha gimana gitu dari ibu-ibu itu, saya pun bergegas naik karena tidak ingin mengulangi insiden pagi tadi yang,... perih *plak* sambil bilang ke ibu itu, "coba dulu aja" yang kemudian saya sesali karena emang kereta cowok macam apaan dicoba-coba dulu #eh
nggak berapa lama, kuda besi pun jalan, pelan, sangat pelan, hingga menyisakan kelambatan sampai keberhentian di beberapa tempat sebelum masuk stasiun. iya, saya tahu itu fenomena biasa banget (atau dibiasa-biasain) dari jenis kereta yang saya naiki ini.
tiba di stasiun jatinegara, begitu pintu membuka, serangan baru datang dari jalur entah (saya nggak apal dan nggak merhatiin), membuat saya harus segera mengambil keputusan untuk balik badan (dari mengarah pintu balik ke pintu seberangnya). karena antara yang naik dengan yang turun nggak seimbang, jadilah adegan adu mulut terjadi antara yang baru naik dengan ehm, itu, ibu-ibu yang tadi. iya, yang nggak ridho saya masuk tadi.
saya lupa kalimat persis ibu itu, yang pasti, ia tidak suka karena merasa didorong gimana gitu oleh penumpang yang baru naik. yang dibalas dengan jawaban biasa kalau kayak begini di kereta. si ibu kembali bersuara, "tapi nggak gitu juga kali dorongnya", dan kembali dibalas oleh beberapa suara yang kurang lebih bernada sama, meminta si ibu sadar kalau ia sedang naik moda transportasi paling popular sejagad raya, selain goj*k dan teman-temannya.
kalau menurut saya, ibu itu masuk tipe yang hardcore banget. dan berikut, silakan simak tipe-tipe penumpang kereta lainnya yang saya amati selama ini:
tipe ini adalah tipe yang paling jarang saya temui (bisa dihitung) dalam perjalanan pp rumah-kantor. saya pernah nggak sengaja nginjek kaki mbak-mbak pas kereta ngerem mendadak dan waktu saya minta maaf, mbak itu cuma senyum sambil geleng-geleng kepala. saya harap, mbak itu senyum sambil geleng bukan karena lagi kesakitan, tapi karena emang injekkan saya itu masih dalam batas toleransinya.
kalau pas diinjek, atau kesikut, biasanya mereka langsung bilang, "nggak apa-apa, kok. udah biasa." maklum, woles.
"mbak, jangan nginjek kaki saya, dong."
kalau saya, tipe no 1 *aheum* dan sering bersua dengan beberapa tipe di atas. kalau kamu?
kalau saya sih, kok lebih senang waktu kereta ekonomi masih eksis ya, karena lebih berasa naik kereta kalau sudah mendengar tumpang tindih suara tarahu tarahu kacang kacang kacang dengan yang lainnya.
dan di commuter line kemarin, terima kasih untuk masinis yang tugas pagi karena kaki saya baru satu menjejak di dalam namun pintu sudah ditutupnya. sore harinya, perjalanan menuju pulang, saya kembali memilih menaiki si kuda besi ini dengan alasan lebih murah dan cepat dibanding busway yang... begitu.
buat anker sejati, pasti udah pada nggak kagetlah dengan suasana kereta pagi dan sore hari (jam pergi dan pulang kantor) yang bisa dibilang selalu padat dat dat bak kue lapis legit yang legit lengket gimana gitu. lengket? kok bisa sih? ya kalau mau lebih afdhol sih, cobain aja naik kereta di jam-jam pp kantor, dan rasakan sendiri sensasinya.
jadi, kemarin itu, pas kereta bogor yang saya naiki sampai di manggarai, kereta bekasi itu udah mejeng dengan manis di jalur 2. nggak tahu udah berapa lama. di saat yang lain berlomba-lomba berlarian mengejar si hitam manis, saya jalan biasa aja. nggak nyantai tapi nggak buru-buru juga. saya pikir kalau rejeki kan nggak akan kemana. eh, beneran deh, pas saya coba nyeberang (karena di sisi yang satu udah nggak mungkin masuk), kereta masih belum ada tanda-tanda mau jalan, dan kayaknya sih badan saya yang imut ini masih bisa nyempil diantara penumpang lain yang jauh lebih besar dari saya.
pas saya bersiap menjejakkan kaki ke dalam, seorang ibu ngeliatin saya gitu dengan tatapan yang seakan nggak ridho kalau saya nambah-nambahin beban cl sore itu, sambil berkata "nggak muat lagi, mbak. di belakang aja."
batin saya, kalau lebih lega di belakang pasti saya udah milih masuk sana. tanpa mengindahkan tatapan maha gimana gitu dari ibu-ibu itu, saya pun bergegas naik karena tidak ingin mengulangi insiden pagi tadi yang,... perih *plak* sambil bilang ke ibu itu, "coba dulu aja" yang kemudian saya sesali karena emang kereta cowok macam apaan dicoba-coba dulu #eh
nggak berapa lama, kuda besi pun jalan, pelan, sangat pelan, hingga menyisakan kelambatan sampai keberhentian di beberapa tempat sebelum masuk stasiun. iya, saya tahu itu fenomena biasa banget (atau dibiasa-biasain) dari jenis kereta yang saya naiki ini.
tiba di stasiun jatinegara, begitu pintu membuka, serangan baru datang dari jalur entah (saya nggak apal dan nggak merhatiin), membuat saya harus segera mengambil keputusan untuk balik badan (dari mengarah pintu balik ke pintu seberangnya). karena antara yang naik dengan yang turun nggak seimbang, jadilah adegan adu mulut terjadi antara yang baru naik dengan ehm, itu, ibu-ibu yang tadi. iya, yang nggak ridho saya masuk tadi.
saya lupa kalimat persis ibu itu, yang pasti, ia tidak suka karena merasa didorong gimana gitu oleh penumpang yang baru naik. yang dibalas dengan jawaban biasa kalau kayak begini di kereta. si ibu kembali bersuara, "tapi nggak gitu juga kali dorongnya", dan kembali dibalas oleh beberapa suara yang kurang lebih bernada sama, meminta si ibu sadar kalau ia sedang naik moda transportasi paling popular sejagad raya, selain goj*k dan teman-temannya.
kalau menurut saya, ibu itu masuk tipe yang hardcore banget. dan berikut, silakan simak tipe-tipe penumpang kereta lainnya yang saya amati selama ini:
- penyabar
tipe ini adalah tipe yang paling jarang saya temui (bisa dihitung) dalam perjalanan pp rumah-kantor. saya pernah nggak sengaja nginjek kaki mbak-mbak pas kereta ngerem mendadak dan waktu saya minta maaf, mbak itu cuma senyum sambil geleng-geleng kepala. saya harap, mbak itu senyum sambil geleng bukan karena lagi kesakitan, tapi karena emang injekkan saya itu masih dalam batas toleransinya.
- selow
kalau pas diinjek, atau kesikut, biasanya mereka langsung bilang, "nggak apa-apa, kok. udah biasa." maklum, woles.
- sewot
"mbak, jangan nginjek kaki saya, dong."
- ngambang
- nyolot
kalau saya, tipe no 1 *aheum* dan sering bersua dengan beberapa tipe di atas. kalau kamu?
Tambah satu lagi ah: pelaku kelainan seksual. Jadi dia mendapat kepuasan ketika berada di tempat yg sempit dan terhimpit. Ishh... teman2ku sering nemu nih
BalasHapusIsh, parah maksimal klo yg ini mah ya mbak. Klo saya pernah ngalamin pas di bus, di belakang ada bapak2 yg lg asik mainin (maaf) kelaminnya. Ya salam, isi bus itu mn cm saya sm dia *sigh
Hapusmakasih udah nyempetin mampir yo mbak ade^^