Pemanfaatan Bioteknologi Modern Tingkatkan Hasil Pertanian

Mendatangi sebuah acara dan disambut dengan senyum hangat nan tulus serta ucapan terima kasih, kapan terakhir kali kamu mendapatkannya? Semakin kesini, saya harus akui semakin jarang menemukan kehangatan yang mungkin bisa kita tangkap sebagai sebuah adegan basa basi atau kewajaran yang coba dinatural-naturalkan.

Siapa saja bisa dan tentu boleh memiliki pemikiran semacam itu. Tapi, apa yang saya temui di Hotel Aston Jum'at lalu (16/6) bukanlah sebuah rekayasa. Tentu saja, membicarakan persoalan seputar bioteknologi, ketahanan pangan dan lain sebagainya tidak membutuhkan sebuah basa basi, karena Croplife selaku penyelenggara acara memiliki komitmen untuk mendukung dan mengadvokasi penggunaan produk-produk yang aman dan bertanggung jawab untuk memberi pangan yang aman, ber­variasi, sehat dan terjangkau bagi konsumen.

Ini menjadi penting, karena faktanya, menurut survey yang dilakukan Croplife Indonesia lebih dari 90% petani menggunakan pestisida. Sementara pemahaman yang betul dan menyeluruh dibutuhkan petani agar penggunaan pestisida dapat menjadi efektif.

Pastinya para petani memiliki kendala di lapangan ya, sama seperti kita di pekerjaan yang kita semua tekuni -- Croplife menangkap kebutuhan para petani dengan membuat program Stewardship, sebuah program edukasi dan bimbingan untuk meminimalkan resiko penggunaan pestisida yang diberikan kepada para petani. Ini keren menurut saya karena ini sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab Croplife dalam rangkaian proses pengelolaan produk perlindungan tanaman yang dimulai dari riset, aplikasi dan pemusnahan. Stewardship adalah suatu inisiatif dari produsen produk perlindungan tanaman yang terkait erat dengan tanggung jawab dan etika perusahaan yang sudah dilakukan sejak 2001.

Sebagai sebuah asosiasi pertanian nirlaba (non profit), Croplife memiliki misi membantu petani memproduksi cukup pangan bagi penduduk melalui inovasi teknologi. Midzon Johannis, Ketua Umum CropLife Indonesia, mengatakan "Croplife Indonesia telah menjalankan sejumlah inisiatif di bawah program pengawasan pelayan sebagai pendekatan untuk melatih dan mendidik petani-petani lokal sebagai cara untuk mengoptimisasi produksi dan memperbaiki pemahaman petani atas pengunaan efek kimia perlindungan tanaman, termasuk pestisida."

Croplife juga memberikan edukasi mengenai anti pemalsuan bekerja sama dengan pemerintah dalam rangka memerangi dan memberantas produk palsu. Selain itu, Croplife juga memiliki kampanye PPE (Protective Pesticide Equipment/APD) yang merupakan sebuah upaya perlindungan diri dengan standar peralatan atau dengan menggunakan bahan yang paling sederhana yang dapat ditemukan di rumah.

Apa yang dilakukan Croplife adalah membantu petani meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dalam pengelolaan resistensi pestisida, karena ini baru bisa terwujud apabila para petani mengetahui cara kerja dan pengunaannya secara efektif sehingga mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pengendalian resistensi.

Yang paling terkini, Croplife melakukan kampanye terhadap pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan hasil pertanian yang dilakukan secara modern, pemuliaan tanaman dengan menciptakan tanaman transgenik (tanaman yang gennya telah dimodifikasi), kultur jaringan, biopestisida dan lainnya.

Bioteknologi ini, secara singkatnya merupakan suatu teknologi yang memanfaatkan organisme hidup baik untuk memperbaiki organisme atau produksi dari organisme itu sendiri. Ini diungkapkan oleh Prof. Dr. M Herman M.Sc, Peneliti Purna Bakti Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Pertanian. "Bioteknologi ini bisa berupa bioteknologi tanaman, hewan atau lainnya dan bisa dilakukan secara tradisional, seperti pembuatan tempe yang memanfaatkan organisme hidup sampai bioteknologi modern, yang disebut sebagai rekayasa genetik (RG).

Kalau selama ini kita kurang melek terhadap persoalan ini, mungkin kita perlu mengetahui fakta bahwa dalam 20 tahun terakhir banyak lahan produktif pertanian yang hilang. Lahan-lahan ini beralih fungsi baik yang disebabkan oleh alam seperti polusi, pemanasan global, erosi, kebakaran hutan dan lainnya.

Di sinilah diperlukan teknologi dan inovasi sebagai bagian dari sektor pertanian untuk memaksimalkan lahan yang ada, misal dengan pemakaian varietas unggul dan efisiensi pupuk untuk meningkatkan hasil produksi, penggunaan pestisida untuk perlindungan tanaman dan pemakaian air secara efisien.










Komentar

Postingan Populer