Kucing dalam karung

Saya semakin jarang menulis, sangat jarang atau bahkan tidak sama sekali - terlebih sejak kembali menjadi pekerja full time. Bisa dibilang ini menjadi sebuah alasan atau pembenaran bagi saya untuk tidak menulis karena saya kan bekerja dari pagi sampai siang atau, jika sedang masuk siang saya akan berada di luar rumah paling tidak hingga matahari benar-benar terbenam.

Saya tidak tahu mesti merasa lega atau sebaliknya; bersedih. Yang pasti saya merasa sangat tidak enak dan merasa bersalah karena saya menjadi terkesan mengabaikan sebuah kelas menulis yang dibimbing oleh guru paling sabar dan baik hati yang pernah saya kenal (sekalipun hanya melalui dunia maya). Sebetulnya ada banyak guru yang saya temui selama ini, hanya saja, selain mbak Nur, mbak Ida adalah guru yang begitu sabar dan mengerti karakter tulisan setiap murid yang dibimbingnya dalam kelas tidak berbayar.

Ya. Sekarang mungkin kamu bisa mengatakan penyebab mengapa saya menjadi terkesan meremehkan atau menggampangkan kelas ini karena toh kelas ini kan kelas gratis, jadi mungkin wajar saja kalau saya mengambil jalan itu. Tapi tidak. Kenyataannya, sekarang ini berapa banyak dari kita yang mengejar, rela mengantri atau mencari informasi apa-apa yang berlabel gratis - atau minimal berbau diskon.

Saya termasuk di dalam list pengejar itu, tidak tahu dengan kamu. Tapi, saya tidak segan untuk mengeluarkan uang jika saya merasa ada banyak manfaat yang bisa saya petik setelahnya. Saya yakin tidak ada yang mau membeli kucing dalam karung, kan?

Begitu saja, ya. Semoga kamu tidak menyesal setelah membaca tulisan ini.

Komentar

Postingan Populer