Review Film A Copy of Mind

hari ini, saya tidak punya rencana apapun, kecuali memenuhi undangan screening di Plaza Indonesia jelang makan siang. tidak seperti perjalanan ke bintaro permai kemarin yang lancar jaya, perjalanan hari ini lumayan menyita pikiran dan tenaga. jadwal kereta yang lebih sering tak menentu seperti hubungan kita, suasana kota jakarta bagian timur yang kadang panas, kadang mendung membuat saya sempat bingung akan memakai jaket atau tidak. yah, pada dasarnya, saya memang sangat suka pakai jaket kemana-mana. mau suasana panas atau dingin, jaket seakan tak pernah lepas dari tubuh mungil yang ringkih ini.

dan, seperti yang bisa ditebak, saya pada akhirnya pakai jaket juga (punya seorang teman yang belum sempat saya balikkan-kau tahu siapa, kawan) dan merasa beruntung karena matahari begitu terasa menggigit kulit hingga ke pori-pori.

sudah beberapa hari ini, tiap bepergian saya jalan kaki. dari rumah ke stasiun pondok kopi yang jaraknya kurang lebih sama dengan jarak PI ke stasiun Sudirman. selain lebih irit, kesempatan ini juga saya gunakan untuk olahraga ringan. lumayanlah keluar keringat jika ritme jalan agak dipercepat. termasuk siang tadi. niatnya sih karena waktu dirasa mepet sempat kepikiran pengin ngangkot aja, tapi oh tapi, kondisi jalan di depan kober ternyata padat saudara-saudara. luar biasa. dan ini berarti pertanda saya diberi kesempatan untuk bergerak lebih banyak.

sampai stasiun jam sepuluh dan agak lama tertahan di jatinegara serta manggarai (biasa). dan yang tidak saya sangka, jam segini kereta masih padat. apalagi yang ke tenabang, ya sutralah ya udah pasti kereta arah sana nggak akan pernah sepi mau jam berapapun kita berangkat. cuslah. di manggarai hanya menunggu kereta yang posisinya sudah di cawang (rasa stasiun UI), lalu tebet, dan, naiklah kami semua yang isinya saya yakin 85% ibu-ibu, mbak-mbak, kakak-kakak, perempuan mendominasi kereta mau di gerbong mana juga (we rock, ladies!).

ok. intronya cukup. kalian nggak lagi nunggu review a copy of my mind kan? yang tadi siang saya tonton barengan kawan-kawan KOPI dan teman-teman media. harus saya akui, meski tak begitu asing dengan nama sutradara Joko Anwar (siapa sih yang nggak tahu seorang Joko Anwar?), saya belum pernah menyaksikan film-film garapan sutradara yang suka ceplas ceplos di twitter ini. dan satu-satunya alasan kenapa saya langsung mengambil kesempatan screening film garapan Joko Anwar kali ini melalui KOPI (dengan slot yang terbatas) adalah karena film panjang Joko kali ini masuk ke beberapa festival internasional, sebut saja seperti Toronto International Film Festival (TIFF) dan Venice Film Festival di Itali.


bagaimana tidak membetot perhatian, untuk diperhitungkan masuk ke dalam festival sekelas TIFF yang dimana festival terbesar dan prestisius tentu, bukan hal yang mudah. membuat film pendek saja saya bayangkan bejibun kerumitannya, apalagi film panjang dengan durasi lebih dari 100 menit. dan film ini dibuat sangat minimalis dengan hasil yang, well, cukup baik. yang menonjol dari film-film garapan Joko adalah ia sangat hidup, dan terasa nyata. bagaimana ya saya bilangnya, kayak lagi nggak nonton di bioskop aja, gitu, lebih kayak lagi ngobrol sama teman. dan ini memang yang menjadi salah satu ciri khas karya seorang Joko Anwar.


he can show us what's he thinking trough this movie without making our eyebrows become curly. intinya, film-filmnya komunikatif gitu.

"supaya pesannya sampai kita usahakan bikin komunikatif, sih, membuat diri kita sebagai pembuat film tidak berada di atas penonton karena bakal terlihat menggurui atau di bawah banget karena akan terlihat cupu." kata Joko Anwar saat konferensi pers seusai film diputar.


you got me, mas Joko. sejak awal film diputar, saya tak bisa berhenti membayangkan bagaimana perjuangan tara basro dan chicco yang memerankan karakter sebagai orang biasa, yang tentu hidup juga dengan sangat biasa. akting tara terasa natural disini, meski bulu matanya di film ini tak sebadai milik princes syahrini. setali tiga uang dengan chicco yang tahun ini sudah main di 4 film, terasa natural dan tidak dibuat-buat. meski chemistrynya menurut saya tak sekuat rangga dan cinta, atau anjali dan rahul, toh kala mereka dipertemukan dalam satu scene, saya kerap dibuat menahan napas.

kamu harus lihat sendiri bagaimana jika aktor dengan karakter tara di film ini dipertemukan dengan chicco, yang bila dilihat dari karakter masuk dalam tipe cowok idaman kita-kita. dan tara? oh, lupakan saja. dia bilang dia makan mi instan tiap di lokasi tapi tubuhnya seperti tak pernah tersentuh makanan instan jahanam tapi enak seperti mi itu sedikitpun.

menonton film ini seperti melihat potret kehidupan kita sehari-hari yang penuh dengan topeng dan kemunafikan.


Sinopsis Film A Copy of My Mind 

Film A Copy of My Mind bercerita tentang seorang perempuan pekerja salon murah dan seorang laki-laki pembuat alih bahasa untuk dvd bajakan di jakarta. keduanya bertemu dan jatuh cinta. tapi, sepasang orang biasa ini tidak sengaja harus berurusan dengan dunia politik yang mengancam hubungan mereka.

bagaimana akhir dari kisah percintaan dengan latar belakang politik yang telah ditunggu-tunggu khalayak luas ini tentu harus kamu saksikan sendiri di bioskop terdekat. tenang saja, masih ada waktu untuk mengajak pasangan, gebetan, calon gebetan, atau mantan untuk nonton film ini karena a copy of my mind akan rilis serentak mulai 11 Februari 2016 di seluruh jaringan bioskop. lingkari kalendernya dan, jaga tanggal mainnya. saya tidak keberatan jika diajak nobar lagi (dengan catatan).


Film : A Copy of Mind
Genre : Drama romantis
Sutradara : Joko Anwar
Produksi : CJ Entertainment
Pemain : Chicco Jerickho, Tara Basro, Ario Bayu, Maera Panigoro, Paul Agusta


   

 






 





 

Komentar

Postingan Populer