dari yang sedang (lelah) menunggu. selalu.

april nanti, usia saya masuk 32. iya. 32. dan saya masih sendiri. sebetulnya, jika ditilik ke belakang, kehidupan seputar percintaan saya termasuk yang lumayan berwarna. meski tak masuk dalam kategori wanita cantik mendekati sempurna, saya pernah beberapa kali terlibat asmara dengan beberapa lelaki baik dan saya suka. masalahnya, terkadang hidup tak selalu berjalan bersesuaian dengan keinginan kita. atau saya lebih tepatnya.

dan, yah, pada akhirnya, hubungan-hubungan itu kandas di waktu yang mungkin menurut keluarga saya sangat tidak tepat. atau saya yang pada akhirnya selalu berada pada situasi mojok dot co dot id dengan beribu alasan klise yang menunjuk tepat di hidung ini. kecewakah saya? kecewa. sakitkah saya? mungkin. saya pernah mengalami sakit, menangis selama beberapa saat karena terlambat menyadari bahwa lelaki yang pernah datang di kehidupan saya, saya cueki begitu saja.

well, yah, waktu itu memang saya belum memikirkan hal-hal seperti menikah, berkeluarga, dan lain sebagainya sehingga kelakuan saya cenderung mengarah kepada ketidakseriusan. mungkin itu yang juga kemudian dilihat oleh para lelaki baik itu, bahwa saya belum siap untuk diamanahi tanggung jawab yang jauh lebih berat dari kehidupan saya yang sekarang.

simpelnya, dengan alasan membesarkan hati, saya hanya bisa bilang bahwa saya bukan jodoh mereka, pun begitu sebaliknya. bukankah itu alasan yang paling masuk akal daripada hanya sekadar mencari pembenaran atas apa yang sudah kita alami selama ini? saya sering begitu, beranggapan bahwa semua ini, keputusan serta segala tindak dan laku yang pada akhirnya saya ambil tak mungkin tak diamini oleh yang punya kuasa. yang punya diri dan semesta ini. dan kadang, ada hal-hal yang tidak masuk ke dalam logika kita, bagaimana semesta bekerja, bagaimana semula orang yang tidak kenal sama sekali menjadi kenal, dekat dan kemudian menikah, atau berpisah.

hidup sesimpel itu sebetulnya. hanya, kadang kita (saya) membuatnya terlihat menjadi lebih rumit. dan kerumitan itu sering kita hindari. padahal, di dunia ini mana ada jalan yang lurus-lurus saja. pasti ada masa dimana kita akan menemui jalan berliku, berkelok, penuh kerikil dan debu. serta pandangan sinis, penuh dengki dan hasrat kekepoan dari banyak orang yang katanya peduli pada kita padahal cuma pengin membuat hidup kita makin bertambah rumit. yah, itupun kalau kalian mau menyediakan telinga untuk suara-suara sumbang di luar sana.

sebetulnya, saya orangnya sangat kooperatif. saya, entah bagaimana lebih suka mendengar ketimbang bercerita. itu sebabnya mengapa saya lebih banyak menulis karena saya tidak mudah bercerita pada orang lain. juga tidak pada keluarga. jika kemudian hari ada yang mengatakan saya sombong, judes, angkuh dan lain sebagainya itu di luar dari kuasa saya. karena pada dasarnya, kita terlalu mudah untuk memberi label meski kadang kita tidak tahu apa yang sedang terjadi di dalamnya.

dari yang sedang (lelah) menunggu. selalu.





Komentar

Postingan Populer