Traveling ke Bintaro Permai

Dua hari yang lalu, saya dihubungi seorang teman yang menawarkan sebuah pekerjaan. Untuk itu, saya harus melakukan interview lebih dulu.

Lokasi interview yang cukup jauh bikin saya sempat mundur maju. Bintaro Permai. Indonesia bagian mana itu?

Berhubung saya sedang senggang, meski dadakan saya akhirnya memutuskan untuk datang. Tak ada salahnya mencoba.

Mungkin, ini jadi salah satu bagian doa saya yang dijawab karena sudah cukup lama saya ingin bepergian cukup jauh dengan kereta.

Yah, saya memang kangen sekali melakukan  perjalanan jauh dengan kereta seperti terakhir ke jogja bersama teman kantor. Itu 2 /3 tahun yang lalu.

Jadi, setelah tekad dibuat, setelah siap saya langsung menuju stasiun terdekat setelah tanya2 teman seputar lokasi.

Karena waktu saya sampai di manggarai kereta sudah jalan sementara yang berikutnya baru ada jam setelah lima, jadilah saya harus transit ke tenabang lebih dulu.

Dari sana saya diminta mengambil kereta jurusan serpong di jalur 5. Beruntung, tak lama naik kuda besi langsung bergerak cepat seakan tahu saya sedang dilanda resah.

Sebetulnya saya bukan tipe yang mudah cemas, tapi kali ini ada begitu banyak hal yang terjadi di luar dugaan saya. Dan itu, kadang menyenangkan.

Sepanjang perjalanan, saya tetap awas dan terus menyimak informasi masinis dari mulut corong sudah sampai dimana si kuda besi ini berjalan.

Ternyata, perjalanan menuju bintaro dengan kereta hanya melalui beberapa stasiun saja.

Dari seorang teman, saya diinfokan turun di stasiun pondok ranji dan disarankan nyambung dengan angkot bernomor D18 arah ciputat - ciledug kalau tidak salah.

Tak dinyana, baru saja kaki ini melangkah mendekati pintu keluar, saya seperti merasa sedang berapa di bogor atau depok.

Angkot yang ngetem sembarangan, jalan dua arah yang terlampau kecil hingga deringan klakson yang saling bersahutan . luar biasa ya ternyata di pondok ranji ini.

Sambil menunggu angkot yang dimaksud, saya menyibukkan diri dengan melihat abang2 penjual kue basah yang sedang menuangkan adonan ke atas panci dan membayangkan betapa menyenangkan
bila kue2 itu bisa membantu menghangatkan perut saya di cuaca berangin siang jelang sore itu.

Lamunan saya pun terpaksa buyar karena saya disadarkan untuk awas kalau2 angkot sudah akan lewat. Dan benar saja, setelah menunggu kurang lebih 20 menit, angkot yang saya tunggu datang juga.

Ternyata saya tak sendiri karena banyak penumpang kereta lain yang juga menunggu angkot yang sama. Malah, seorang ibu berkerudung bertanya apakah angkot lewat ulujami. Ah, tepat betul pertanyaan ibu itu mewakili suara hati saya.

Di jalan, wajah saya kerap dibelai angin dari balik jendela yang membuat kantuk lantas singgah. Tidak, saya harus tetap terjaga dengan membiarkan mata ini bebas melanglang buana. Kiri jalan kala itu lebih banyak nuansa hijau sementara kanan rumah2 dan bangunan yang diam membisu.

Tak banyak penumpang turun sebelum angkot akhirnya sampai di stasiun yang saya tuju. Ternyata, seluruh penumpang turun disana.

Dari rel, karena tidak begitu jauh saya berjalan kaki sambil menengok kanan kiri. Dan setelah bertanya pada abang gorengan,saya akhirnya sampai juga di lokasi.

Ini interview saya yang pertama di awal tahun ini.





Komentar

Postingan Populer