Pengalaman (mengantar nenek) berobat mata dengan BPJS

Tiga hari yang lalu, saya diminta mama untuk ikut mengantar nenek kontrol ke rs lagi. Ini kontrol yang kedua setelah yang pertama, dokter membuat kesimpulan nenek belum bisa dioperasi (mata) karena masih tipis. Sehingga waktu pulang, nenek dibekali dokter obat tetes mata yang harus dipakai sesuai dengan aturan yang diberikan.

Kondisinya sedikit berbeda dengan papa saya yang alhamdulillah sudah dioperasi kedua matanya. Kontrol terakhir minggu lalu menyatakan kondisi papa sudah cukup baik dan sepertinya tidak perlu ke rs lagi sampai nanti diperlukan. Sementara nenek, ditakutkan ada indikasi ke arah glukoma yang membuat nenek harus memakai obat tetes mata baru (untuk mata kanan) plus pil yang harus nenek minum (hanya satu jenis pil) satu hari sekali. Obat tetesnya sendiri dua duanya harus tetap dihabiskan sebelum check up kembali awal agustus nanti.

Saya tidak tahu berobat mata (operasi katarak) melalui jalur umum karena papa dan nenek keduanya menggunakan bpjs, dan alhamdulillah berjalan lancar sejauh ini. Harus diakui memang sedikit merepotkan terlebih bagi yang baru mau daftar, ganti faskes, atau yang lainnya kita diminta membawa fc kk dan ktp. Sementara buat yang sudah terdaftar biasanya hanya menyerahkan fc bpjs dan surat rujukan dari klinik jika perlu dirujuk ke rs besar untuk pengobatan lebih lanjut.

Alhamdulillah tidak seperti papa yang agak ribet waktu minta rujukan dari puskesmas, nenek yang didaftarkan di klinik, jauh lebih mudah mendapat rujukan dan mendapatkan rs budi asih untuk pemeriksaan mata lebih lanjut.

Yang kadang masih suka bikin saya nggak ngerti adalah kenapa rs membiarkan calon pasien datang dari subuh hanya untuk mendapatkan nomor antrian (waktu itu kami sudah sampai di rs budi asih kurang dari jam enam pagi), padahal dokter juga baru mulai berdatangan jam delapan pagi.

Kami sendiri setelah akhirnya dapat nomor antrian langsung diminta mengantri di poli mata yang ternyata sudah cukup banyak pasien yang menunggu. Oh, ya antrian di rs budi asih ini jalurnya dibedakan untuk lansia dan umum, ya. Jadi agak lebih enak karena lansia hanya mengantri di jalur lansia yang menyebabkan relatif lebih sebentar dibanding mengantri di jalur umum.

Karena jumlah pasien yang datang hari itu cukup banyak alhasil kami mengantri cukup lama. Nenek baru dipanggil sekitar jam 9 atau 10 (dan kembali menunggu di dalam ruangan karena dipanggil bersama puluhan pasien lain) dan selesai sebelum dhuhur. Kami kemudian langsung mengantri lagi untuk mengambil resep di gedung yang berbeda (saking lamanya saya sama mama sampai sempat bertanya tentang cara membuat kartu pasien rs budi asih) yang lagi-lagi memakan waktu cukup lama. Karena lapar, kami pun membabat habis nasi yang kami siapkan dari rumah sambil menunggu nama kami dipanggil.

Alhamdulillah, tak lama setelah saya dan mama ke lantai 6 untuk bertanya cara membuat kartu rs budi asih, nama nenek dipanggil dan obat baru diberikan. Waktu itu antrian sudah cukup sepi dan kami pun langsung pulang setelah semua rampung. Untuk mata jarang diberikan obat yang harus dibeli pasien di luar rs (dalam kasus nenek dan papa) sehingga cukup memudahkan pasien karena tidak harus dipusingkan membeli obat lagi di luar dari resep yang ada.



 

 

Komentar

Postingan Populer