Mudahnya Menjahit Clutch Bag Kain Kulit Kayu

Saya sempat berpikir untuk tidak menjahit lagi setelah workshop jahit bersama brother beberapa waktu yang lalu karena saya tidak berhasil menyelesaikan outer di workshop tersebut karena satu dan lain hal. Haha. Semacam trauma gitu. Tapi, keinginan seringkali berbeda dengan kenyataan.

Fakta yang terjadi di lapangan, saya mendaftar untuk kembali mengikuti workshop menjahit tentu saja bersama brother Indonesia dan Kriya Indonesia (terima kasih atas kesempatannya mbak Astri) yang diadakan di tempat yang sama dengan workshop pertama, yaitu museum tekstil yang berlokasi tidak jauh dari stasiun tenabang.

Ini aneh yang pertama saya pikir, dan yang kedua, saya baru tahu kalau workshop kali ini menggunakan Ivo dan Kumpe atau dikenal dengan kain kulit kayu yang merupakan saksi dari tradisi berpakaian masyarakat Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

Ternyata, di Sulawesi sana, masyarakat Donggala sudah biasa menggunakan kain kulit kayu untuk berbagai keperluan sehari-hari sejak ratusan tahun yang lalu. Selain untuk pakaian, kain kulit kayu juga biasanya dipakai untuk upacara penyembuhan penyakit (vuya), ikat kepala dalam upacara adat (siga), dan lainnya.

Entah bagaimana, di workshop kemarin (11/11), saya merasa begitu bersemangat untuk menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya bersyukur mendapat bantuan dari teman-teman blogger lain yang sudah jauh lebih gape dalam hal jahit menjahit seperti daddy Jun, momma Diah Woro, atau Sis Ria yang begitu sabar dan telaten membolak balik kancing bersama saya. Hahaha.

Yah, baiklah. Cukup intronya saya kira. Sekarang mari kita masuk ke dalam workshop menjahit clutch dengan bahan kain kulit kayu, ya. Bahan-bahan yang kita perlukan basically kain kulit kayu, kancing, kain viselin, furing,  kain motif batik (sesuai pilihan/ketersediaan bahan), gunting, pentul, dan setrika. Setrika ini nanti dipakai untuk menyatukan bagian dalam clutch yang harus disetrika sampai menempel dan kain kulit kayu serta motif untuk bagian luar clutch.


Bagian menyetrika ini saya kira masuk ke bagian yang harus kita lakukan dengan sabar dan hati-hati karena ternyata cukup lama juga menyetrika kain kulit kayu. Belum lagi ada kemungkinan kain menjadi berkerut saat dijahit jika kita kurang rapi saat menyetrika (saya mengalaminya).

Setelah proses menyetrika selesai, kita bisa langsung masuk ke proses menjahit, gaes. Tidak seperti saat menyetrika, menjahit kali ini tidak perlu antri karena selain mesin jahit yang disediakan cukup banyak yang sedang menganggur karena antrian fokus pada setrikaan. Hahaha. Setelah tengok kanan kiri, saya pilih duduk di samping Sis Ria yang progress menjahitnya sangat mengesankan.


Walau belum benar-benar selesai dengan clutchnya sendiri, Sis Ria berbaik hati membantu saya mengerjakan proses pemasangan kancing yang buat saya juga cukup sulit (yang sebenarnya tidak segitu sulitnya). Karena tidak terlatih dengan hal-hal seperti ini sekalipun ayah saya seorang penjahit yang handal, kancing yang saya pasang harus dibredel beberapa kali karena terus salah pasang. Belum lagi mencong sana sini, yang satu saya pasang terlalu jauh dari pasangannya sehingga membuat tas menjadi tidak simetris ketika ditutup. Ini dalem pakai banget. Alhamdulillah Sis Ria sabar banget menghadapi saya yang bawel dan tidak tahu diri karena nggak berhenti nanya ini itu. Maafkan yaaa, sis.

Selesai dengan kancing, kita geser menjahit bagian pinggir clutch (kedua sisi memanjang clutch) dengan diberi jarak sesuai dengan motif yang kita inginkan. Mesin jahit yang kami pakai hari itu punya cukup banyak motif, namun sepertinya kami semua senang dengan motif 11 ya atau karena memang settingannya begitu sejak awal. Ada sekitar 25 motif yang bisa kita pakai lho, dan lebih dari 25 untuk jenis mesin brother yang lain (yang sayangnya hanya ada satu saat itu).

Percaya atau tidak, saya sempat terdiam beberapa lama di depan mesin jahit meski kaki sudah di atas pedal dalam keadaan tegang. Hahaha. Beneran, rasanya seperti mau dilamar cowok waktu (memang sudah pernah?) itu. Alhamdulillah, setelah melalui drama beberapa saat, saya beranikan diri untuk ngegas mesin dengan kecepatan yang naik turun. Mungkin karena belum dapat feel-nya saya suka keterusan menginjak  sampai akhirnya jahitan mencong kemana-mana. Alhamdulillah jahitan dibantu dirapikan oleh daddy Jun yang kelihatannya sore itu nggak lagi buru-buru mau makan ke @#*%$&@ (sensor).

Jika sudah selesai menjahit dua sisi yang memanjang, bahan ditekuk menyesuaikan besar yang diinginkan ke satu sisi. Selesai ditekuk, jahit lagi bagian yang ditekuk tersebut (bisa dari dalam atau luar) yaitu bagian untuk menaruh barang-barang. Jika sudah dijahit di semua sisi, cek kembali apakah masih ada bagian yang belum terjahit karena nggak lucu kan kalau pas pulang clutchnya ternyata masih setengah jadi. Alhamdulillah di workshop kali ini saya berhasil menyelesaikan jahitan dengan bantuan teman-teman blogger yang baik hati. Terima kasih ya, gaes.    

mirip ya, motifnya sama bangku di rumah
Oh iya, ini workshop ke sekian yang brother Indonesia selenggarakan, lho. Sebelumnya ada workshop juga di beberapa tempat, seperti PRJ dan Tangerang. Silakan di cek akun-akun brother Indonesia saja, ya untuk memantau workshop-workshop berikutnya. Siapa tahu, setelah ini kita bisa mengadakan workshop sendiri dan membagi kebermanfaatan dengan berbagi ilmu yang diberikan Alloh SWT. Aamiin, insyaAlloh.  
     

Komentar

  1. Aku kemarin juga ikut membuat clutch bag ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. kita ketemu nggak, yaa :) makasih sudah mampir, mbak.

      Hapus
  2. salam kenal mb. . aku lihat kok, mb mah telaten banget menjahitnya. Aku malah pikir mb sudah biasa menjahit xixixxk

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha. antara telaten (kelihatan) atau buru-buru ya, mbak. hihi. mbak refika deh sepertinya yang sudah biasa megang mesin jahit :) makasih sudah berkunjung mbak.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer