Tips Aman dan Nyaman Ber-Commuter Ria


Sebenarnya, saya merasa tulisan ini tidak begitu penting-penting amat karena mungkin sebagian dari pembaca sudah paham banget atau gapelah istilahnya naik kereta. Saya mau bahas ini karena kemarin, saya dan jutaan orang lainnya dipaksa terlambat datang ke kantor karena KAI dengan sangat berbaik hati sedang melakukan uji coba double track (DDT) Jatinegara-Cakung.

Uji coba ini, kabarnya akan berlangsung hingga tanggal 13 April (which is today) dan semoga beneran selesai hari ini, ya biar besok pelayanan KAI bisa kembali seperti semula. Walaupun kondisi perkeretaan kita masih sangat jauh dari kata sempurna, dan harus segera dibenahi oleh manajemen KAI, commuter masih bisa diandalkan untuk mobilitas kita sehari-hari.

Pilihan moda transportasi kita memang tidak begitu banyak, namun dengan hadirnya MRT dan LRT, semoga bisa memberi kita alternatif angkutan umum ya, baik itu untuk PP kantor-rumah maupun sekadar jalan-jalan bersama orang terkasih. 

Jadi, ceritanya itu kemarin saya sampai stasiun Klender Baru sekitar 06.30 an. Saya sengaja berangkat lebih pagi untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kejadian kemarin. Selain itu, alasan kenapa saya lebih suka jalan lebih pagi karena saya jadi tidak perlu buru-buru untuk sampai di tempat tujuan. Saya bisa jalan lebih santai, atau cepat untuk membakar sedikit kalori. Lumayan banget kan jalan cepat dari stasiun ke kantor, apalagi buat yang jarang olahraga macam saya (jangan dicontoh, ya).

Dengan begini, kita bisa sekalian refleksi bahwa ternyata betapa besar karunia yang telah Alloh berikan pada kita. Udara gratis (sekalipun tercemar polusi), tanah yang subur, pohon yang hijau di kiri dan kanan jalan, semua itu kadang luput untuk kita syukuri. Nah, termasuk kejadian kemarin. Rasanya sayang banget kalau kejadian kemarin tidak kita petik hikmahnya.

Sibuk mengeluh tidak akan mengubah apapun, gals. Jadi, mari kita menjadi bagian dari yang mengubah negara ini menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali dengan terus memperbaiki diri. Karena kalau bukan kita, siapa lagi? karenanya sejatinya perubahan itu dimulai dari sendiri dan dilakukan sekarang juga (tidak ditunda-tunda).

Pas saya pulang, entah ada hubungannya dengan keterlambatan parah paginya (saya baru sampai kantor jam 10 lewat) atau tidak, stasiun Manggarai jadi jauh lebih sepi dari yang biasanya. Walau saya tidak kebagian kereta Bekasi yang sudah saya kejar sejak saya turun dari kereta Bogor (kejam sekali masinisnya pintu langsung ditutup walau saya sudah lari-lari dan sampai di depan pintu kereta), kereta Bekasi berikutnya datang tak begitu lama. Kurang lebih 5-10 menit jarak tunggunya. Bisa jadi lebih sih karena saya sibuk mengorek tas, mencari sesuatu untuk dimakan dan ini menyebabkan saya sedikit lupa akan waktu menunggu (atau mungkin karena saya sudah terbiasa menunggu jo.

Waktu itu antrian di gerbong perempuan tidak lumayan padat seperti biasanya. Mungkin, ada yang trauma naik kereta karena keterlambatan luar biasa di pagi harinya. Tapi, mungkin jika keadaan sudah kembali normal, commuters akan kembali pada moda transportasi sejuta umat ini. Kita tidak punya begitu banyak pilihan, bukan?

Buat yang punya uang lebih, naik kendaraan yang lebih privat mungkin bisa jadi pilihan utama, ya. Tapi, buat kita-kita yang kantongnya cekak, keberadaan commuter line tidak bisa dinafikkan menjadi pilihan mobilitas sehari-hari, selain transjakarta tentunya. Apalagi, transjakarta sekarang sudah masuk hingga ke perumahan, saya jadi bisa menghemat tenaga serta uang untuk sampai di rumah.

Kali ini, saya mau sharing sedikit tips buat yang mungkin lagi mencari moda transportasi yang paling baik buat berangkat ke kantor, sekolah, dan lain-lain. Buat yang tempat aktifitasnya dilalui transjakarta dan kereta, dua moda transportasi itu sudah pasti jadi pilihan yang patut dipertimbangkan. Karena saya belum mencoba MRT atau LRT, saya belum bisa merekomendasikan kedua angkutan ini.

Yang mau saya sharing mungkin lebih kepada tips cara aman dan nyaman naik commuter line karena saya biasa menggunakan moda angkutan publik yang satu ini. Trans juga, hanya saja lebih sering kereta. Selain murah, jarak tempuh yang dicapai lebih singkat sekalipun harus mengalami ditahan di beberapa stasiun, saya bisa sampai lebih cepat ke rumah dibanding naik trans (atau angkutan sejenis). Kasusnya kalau kereta dalam keadaan normal, ya. Tidak mengalami gangguan atau kerusakan.


Tips dan Trik

Tips yang pertama, usahakan untuk tahu berapa lama jarak tempuh kita ke tempat tujuan. Karena jadwal kereta kita yang tidak jelas dan belum stabil kedatangan serta keberangkatannya, mengetahui berapa lama perjalanan kita menuju lokasi membantu kita untuk mempersiapkan segalanya. Sedia payung sebelum hujanlah. Yang kedua, usahakan pakai baju juga sepatu yang senyaman mungkin. Buat ladies yang mau pakai heels ke kantor, baiknya dibawa dulu saja di dalam tas (baru dipakai pas sampai di stasiun atau kantor).

Bajunya kalau bisa yang simpel saja, tidak menjulur hingga ke tanah, dan tidak tipis atau transparan karena untuk beberapa kasus, bisa saja baju kita robek atau jadi perhatian kaum adam (kalau tipis) karena kita pasti bakal jadi pusat perhatian karena baju kita yang tembus pandang itu (yah, begitulah). Untuk sepatu, kalau bisa pakai kets saja atau sneakers, atau kalau mau pakai sepatu gunung juga boleh. Sandal jepit tidak disarankan sih, karena bisa saja putus sewakt lagi mengejar kereta atau berjuang masuk ke dalam kereta.

Tips yang ketiga, usahakan sarapan sebelum jalan. Ini penting banget karena mengejar kereta itu bukan perjuangan yang mudah, kawan! kamu bisa mempertimbangkan mencari calon pasangan yang sudah biasa naik kereta pulang pergi (bukan sesekali, ya apalagi cuma pas jalan-jalan saja itu juga sebulan sekali). Paling tidak minum susu plus ngeroti lah kalau yang tidak biasa makan berat pagi hari.

Tips berikutnya, kalau mau nyaman sebaiknya kita punya tiket sendiri (bukan THB) yang bisa kita isi ulang kapan saja kita mau (pas duit ada), karena ini bisa mengurangi jumlah antrian calon penumpang yang juga lumayan banyak (dan lama pastinya). Apalagi di beberapa stasiun yang sudah pakai vending machine, yang masih gaptek dan tidak tahu cara pakainya juga masih ada (termasuk saya). Makanya kadang petugas ada yang diselipin satu, jaga kandang biar bisa membantu kita-kita yang tidak biasa pakai alat canggih macam vending machine itu.

Tips yang kelima, kalau sudah punya tiket sendiri, isi ulangnya jauh-jauh hari kalau bisa. Kadang, kita suka lupa buat isi ulang, menunda-nunda dengan alasan bisa besok kan. Eh tidak tahunya pas mau dipakai sisa uang di kartu kita tidak cukup bahkan untuk masuk ke satu stasiun. Belum lagi kalau kita masih harus nyambung dengan angkutan lainnya. Misal dari kereta ke trans atau sebaliknya. Oh ya, soal ini juga sebaiknya pemda mulai memikirkan bagaimana agar transportasi kita terintegrasi satu angkutan dengan lainnya.

Sebelum memulai tips yang pertama dan seterusnya, pastinya diawali berdoa dulu, ladies. Jangan lupa membaca doa keluar rumah karena kita tidak pernah tahu apa yang akan kita alami ketika kita keluar dari rumah. Tips berikutnya, usahakan untuk disiplin. Disiplin ini luas banget spektrumnya. Semuanya diawali dari diri kita sendiri.

Disiplin ini bisa mulai dari waktu kita mengantri, mendengarkan arahan petugas, membuang sampah di tempat sampah yang telah disediakan, menghormati hak sesama penumpang hingga peka terhadap keadaan sekitar. Biasanya sih karena sudah  saking terbiasanya dengan rutinitas, kepekaan kita jadi berkurang. Diantara kita mungkin masih suka menemukan penumpang yang tidak peka dengan kebutuhan serta hak penumpang lainnya. Ada penumpang yang masih lenggang duduk di kursi prioritas.

Kalau penumpang sudah mempunyai kesadaran yang tinggi, sekalipun kereta dalam keadaan penuh, kita pasti malu untuk menempati hak orang lain. Bangku prioritas itu memang ditujukan untuk mereka yang berhak, seperti ibu hamil dan menyusui, lansia, penyandang disabilitas, sampai orang tua yang membawa balita dan orang yang kurang sehat (sakit).

Seperti kemarin waktu perjalanan pulang, penumpang kereta bahu membahu mencarikan minyak kayu putih sampai kantong kresek ketika menemukan penumpang yang sakit (mual dan mau muntah). Saya tidak berada di dekat penumpang yang sakit tersebut, tapi, ternyata masih banyak penumpang kereta yang peduli dengan keadaan sekitarnya. Dan ini, entah bagaimana membuat saya terharu.

Mereka bahkan sampai memanggil petugas yang berjaga di dalam kereta untuk melihat kondisi penumpang yang sakit tersebut. Petugas pun dengan sigap langsung datang dan memberikan bantuan yang bisa ia berikan. Ini menyentuh, sungguh. Betapa kita dengan segala rutinitas seperti lupa untuk saling menyapa, peduli satu dengan lainnya. Kita sibuk (atau menyibukkan diri?) dan lebih memilih tenggelam di dunia maya dalam genggaman kita. Padahal sejatinya, kita punya orang untuk kita ajak bicara sewaktu menunggu antrian, ketika kereta lama ditahan, atau ketika bete menyerang waktu menunggu kereta yang tak kunjung tiba.

Tips selanjutnya, perhatikan dengan seksama detail stasiun karena setiap stasiun berbeda dengan stasiun lainnya. Misalnya saja jarak antara peron dengan kereta, di Sudirman jaraknya itu lumayan jauh. Dan kereta berhenti di tempat yang cukup berbahaya untuk penumpang turun (gerbong wanita paling depan) karena biasanya penumpang melewati jalan sempit yang terdapat persis di samping pintu masinis.

Baiknya kita memang memutar, mengambil jalan ke arah kanan untuk kemudian menuju ke eskalator. Ini lebih aman dan rasanya, jalan itu memang bukan ditujukan bagi penumpang untuk mencapai eskalator. Tips nyaman sebenarnya mudah saja, hormati hak sesama penumpang, dengan begitu bukan hanya kita yang merasa nyaman, tetapi juga orang lain. Kita tidak mesti jadi sinis, bete, atau melanggar hak orang lain ketika menemukan penumpang yang menerobos antrian, misal, atau mendorong dengan serampangan saat mau masuk atau keluar kereta.

Yang jelas, kita harus memahami apa yang perlu dan tidak perlu kita lakukan ketika berada di area publik. Karena boleh dan tidak boleh masih bisa kita langgar, menyadari perlu atau tidaknya bagi kita melakukan sesuatu menjadi rem tersendiri bagi kita untuk bertindak yang kurang bermanfaat. Baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain.   


















 


Komentar

Postingan Populer