Hijrah Idola

Kamu tahu, ketika saya jauh lebih muda (dulu, tentu saja), saya merasa bahagia bisa tahu banyak hal. Apalagi seputar orang-orang yang saya idolakan. Sebuah kebanggaan dong kalau kita bisa jawab tiap ditanya soal idola! padahal sih, setelah dipikir-pikir letak bangganya itu dimana, ya? Haha. Aneh juga sih kalau diingat-ingat lagi.

Lain halnya kalau kita ngerti dan tahu banget soal siapa saja sahabat nabi, siapa saja nabi dan rosul yang diutus ke Bumi, atau hal-hal lain yang lebih prinsipil, semisal kamu mau kemana setelah melanglang buana kesana kemari?

Pertanyaan kayak gitu kalau ditanya ke saya dulu-dulu sih paling cuma saya jawab dengan cengengesan atau senyum tidak berkesudahan. Lain dulu lain sekarang. Kalau anak-anak sekarang atau zaman now atau milenial atau apapunlah kamu mau menyebutnya, lebih ajaib lagi kalau ditanya pertanyaan yang serupa.

Pernah dengar nggak jawaban, "serius-serius amat, sih? temenan dulu aja, kali." Atau kalau mau lebih radikal, "lo pasti kurang piknik, deh." Jawaban-jawaban kayak gini pasti udah nggak asing lagi sehingga kita jadi terbiasa atau kebal tiap mendengarnya. Dan malah, kalau bisa dibikin jadi leluconan biar makin asshoy!

Dulu sih, saya masih berpikir kalau itu lucu. Tapi, sekarang-sekarang ini, anak-anak yang kita sebut anak zaman now itu makin berani melecehkan keyakinan orang lain (yang bisa jadi memiliki keyakinan sama dengan keyakinannya). Mereka bahkan nggak berpikir dua kali, sekalipun yang dilecehkan itu (atau mereka anggap sebagai lelucuan berkelas) misal, keyakinan umat mayoritas di sebuah negara.

Buat saya, ini lebih dari mengerikan dari sekadar debat presiden pertama yang dikasih kisi-kisi sama KPU yang dihujat ramai-ramai oleh netizen yang konon kabarnya sering merasa paling benar sedunia. Saya nggak tahu statement ini munculnya darimana. Yang pasti, akan terasa lebih aneh lagi kalau kita malah sibuk memikirkan komen netizen yang mungkin saja hidup dari sana. Jadi, wajar aja kan kalau mereka berkutat dengan tema atau topik yang sama di setiap postingannya.

Sebagai anak generasi 90-an, saya pernah merasa bahagia pernah melalui masa-masa mendengarkan boyband-boyband asli macam BSB, NSync, Westlife dkk, nonton Candy-Candy, Dragon Ball, Conan, Tokyo Love Story (ya ampun, apa kabar ya Kanchi sekarang?) sampai kemarin-kemarin ini saya sempat teracuni oleh idola generasi milenial zaman now, Super Junior yang penuh dengan konspirasi.

Dan di tiap generasi, idola-idola itu pasti berganti. Siapapun mereka yang muncul, tujuannya satu sih, gimana caranya supaya mereka bisa digandrungi oleh anak-anak remaja (yang masih labil dan galau to the max) itu. Kalau udah gandrung, kita kan cenderung mau melakukan apa saja, ya untuk bisa mendapatkan apa yang kita mau?

Saya inget banget dulu pernah bela-belain pergi sendiri nonton padi, peterpan ke Senayan yang kalau konser-konser begitu nggak mungkin sore, siang apalagi pagi hari, kan? pasti malam hari, minimal dari sorelah. Catat ya, sendirian. Anak perempuan pula! ya ampun, kalau anak zaman sekarang sih mungkin malah kelewat berani kali, ya. Pulangnya, alhasil saya kehilangan hp (yang dulu dapat pinjaman dari kakak) karena ketiduran di dalam angkot. Khas Indonesia banget, masih untung cuma hp yang hilang, ya, alhamdulillah sayanya selamat sampai tujuan walaupun setelah itu saya nggak ingat gimana cara saya bisa selamat sampai di rumah.

Sampai di rumah, saya dimarahin habis-habisan karena ngilangin hp. Haha. Bukannya karena saya pergi sendirian, ya malam-malam pula! ngeselin abis, sih. Karena ya kok bisaan gitu orang tua perdulinya sama barang, tapi nggak khawatir sama anaknya. Hihi. Kamu punya pengalaman yang serupa, nggak?

Semakin kesini, saya senang sih karena anak-anak muda sudah mulai mengidolakan hal-hal yang lebih dari sekadar idola artifisial macam oppa-oppa itu. Walaupun masih banyak catatan kaki atau PR yang perlu diperhatikan, khususnya buat orang tua yang mau nggak mau harus update sama perkembangan zaman yang bergerak begitu cepat.

Munculnya nussa, islamic heroes, atau anak muda macam yafieg yang berdakwah melalui kebisaannya menggambar bikin orang tua bisa sedikit bernapas lega karena jadi punya bahan untuk mengajarkan anak-anak ilmu agama yang sesuai sama umur mereka.

Tugas orang tua memang nggak mudah. Dan kita pun, sebagai anak muda, jangan mau kalah untuk terus menuntut ilmu. Terus memperbaharui pengetahuan kita tentang sosok-sosok yang bisa kita idolakan sepanjang masa. Yang paling penting nih yang harus kita catat adalah, kita rela kalau nanti di akhirat kelak kita dikumpulkan oleh orang-orang yang kita cintai habis-habisan itu.

Jadi, siapa idola kamu, sholihat?







 







 

Komentar

Postingan Populer