Short trip to Jogja (5-end)

Buat yang sudah bolak-balik Jogja, pasti sudah hafal ya sama Puncak Becici, Hutan Pinus, Goa Jepang, Bhumi Merapi. Atau...belum? sama sih. Saya baru tahu malah. Kalau dengar sih selentingan gitu, sudah. Pernah baca juga meski selintas soal Hutan Pinus dan Puncak Becici yang instragamable abis, goa pindul yang jauhnya tidak ketolongan, Gunung Api Purba yang ternyata masih sepi padahal tempatnya itu subhanalloh, benar-benar indah dan mengagumkan.

Berkat Firly yang nekat kesana berdasarkan tulisan di plang, kami sampai juga setelah menempuh kurang lebih 25 km arah Gunung Kidul. Kami melewatkan Hutan Wisata Kaliurang, Kaliadem, Taman Pelangi, Kebun Buah Mangunan, Imogiri sampai kuliner di sepanjang jalan Taman Siswa -- semata karena waktu yang tidak memungkinkan.

view dari Puncak Becici. indah, ya?

Imogiri saja yang satu area dengan Hutan Pinus dan Puncak Becici tak kami sambangi karena saya sudah pernah kesana, dan nampaknya Firly tidak begitu tertarik setelah saya brief singkat tentang kompleks makam raja-raja Mataram tersebut.

Kabar baiknya, kami tidak melewatkan kulineran di angkringan yang legendaris dan hits di berbagai kalangan. Malam pertama di Jogja, kami sempatkan mampir di angkringan Lik Man yang tidak begitu jauh dari stasiun Tugu (sebelah utara) dan memesan kopi joss yang sudah dikelola tiga generasi.

Saya pesan kopi joss yang dicampur dengan susu putih sementara Firly kopi joss murni, dalam artian tidak dicampur apapun. Kopi joss itu aslinya kopi hitam biasa, saya tidak tanya kopi merk apa yang digunakan oleh anak Lik Man (generasi ke-3) yang dimasukkan arang setelah diaduk dengan sempurna.


Kopi joss terasa sempurna bila kita menikmatinya pada malam hari, di bawah terang rembulan dan bersama orang-orang terkasih. Yang lucu, karena jalan menuju angkringan ini harus melewati rel kereta api, jadi kami harus jalan, memberhentikan dan mendorong motor sampai di ujung rel (setelah tanya-tanya, ragu-ragu beberapa lama dan melihat bapak-bapak mendorong motornya dengan mata kepala sendiri) dan baru bisa menyalakan dan menjalankannya setelah agak jauh dari rel.
 
Nah, pas saya mau naik kembali ke boncengan, Firly sempat meminta saya untuk naik agak sedikit ke depan karena sudah masuk trotoar yang agak tinggi gitu. Dan tanpa melihat ke belakang, Firly langsung jalan dong dan baru berhenti di belokan angkringan setelah merasa tidak ada respon dari saya yang dia ajak bicara di sepanjang jalan -_-

Setelah parkir, kami langsung memesan kopi joss, nasi kucing dan gorengan sebagai lauknya. Tadinya Firly sempat mendengar kami harus membayar selama kami masih duduk di sana, which is nggak mungkin banget kata saya sama Firly. Mungkin, membayar itu yang kemudian kami pahami adalah memberi pengamen lintas generasi yang nggak kunjung berhenti manggung selama kami menikmati suasana malam di kota Yogyakarta.

Selamat menikmati DI Yogyakarta...

Puncak Becici



Pantai Parangtritis




Goa Pindul








 Gunung Api Purba




Benteng Vredeburg 



Komentar

Postingan Populer