Short trip to Jogja (part 1)

Gugling, searching, booking. Selesai? belum! ternyata. Saya tahu saya tergolong perempuan yang cukup nekat karena sudah surfing banyak hal sementara saya belum tahu apakah cuti akan disetujui. Itu dipikir nanti, pikir saya karena ada yang jauh lebih penting dari itu -- yaitu mengamankan tiket murah. Sekarang ini saya rasa hampir tidak ada yang tidak ingin dapat tiket kereta dengan harga yang paling murah.

Ya, kan?

Buktinya tiket dengan harga paling rendah selalu lebih cepat habis dibanding lainnya. Ini sering saya alami dan terjadi lagi kemarin. Saya akui ini karena kesalahan saya menggalau terlalu lama karena maju mundur mengajukan tanggal cuti. Alhamdulillah, setelah meneguhkan niat, saya mengajukan cuti di awal-awal bulan karena seorang teman juga sudah akan kembali dua hari sebelum tanggal yang saya minta, jadi saya rasa tidak akan ada masalah dan pasti disetujui.

Di tempat saya saat ini, kami tidak boleh mengambil cuti dalam waktu yang bersamaan. Jadi, memang agak repot -- terlebih kalau kami sama-sama memiliki kepentingan di tanggal dan bulan yang sama. Contohnya seperti lebaran kemarin. Kenyataannya, nasi sudah menjadi bubur. Jadilah saya mengajukan cuti bulan Juli karena partner yang juga sudah lama ingin jalan punya waktu libur yang cukup panjang di bulan ini. Pas lah, pikir kami berdua. Saya tinggal menyesuaikan dengan kalender teman saya itu yang sudah harus mengajar di atas tanggal 17.

Cuti belum diajukan, saya sudah book dan membayar tiket ke Jogja dan tentu saja kali ini tiket 80 ribu sudah melambai di udara dalam sekejap mata. Sudah lewat dari tiga hari sejak saya menggalau, hari ke empat tiket yang tersedia sudah di atas 100 ribu. Paling murah 125 ribu, itu pun tidak juga saya book karena masih memikirkan ini dan itu.

Barulah, setelah merasa mantap (entah karena alasan apa) saya langsung book tiket PP online di website KAI dan dapat tiket seharga 150 PP. Bungkus. Saya pun kemudian bergegas ke minimarket terdekat untuk melakukan pembayaran. Lalu kamu tahu apa? tiket yang sudah saya book itu tidak bisa diproses karena mas nya atau sistemnnya telah satu menit menginput pemesanan saya tersebut.

Ok. Skip. Saya tahu saya tidak bisa menyalahkan mereka, karena biar bagaimana pun mungkin Alloh tidak menginginkan saya pergi di jam tersebut. Langsung saja saya minta mas itu cari seat yang lain, tentu saja pertama cari harga yang paling rendah,...

Lihat...
Lihat...
Lihat...

"Itu coba mas, lihat jam berangkatnya," kata saya menahan histeris karena masih ada 150 ribu yang lain, namun, belum lagi selesai dilihat (sistemnya memakan waktu dua sampai tiga hari perjalanan) seat itu sedetik kemudian seakan membisikkan ujaran perpisahan yang mengiris kalbu.

Lihat lagi...
Lagi...
Lagi...

"Nah, nah. Itu, itu mas. Langsung book aja!" kata saya separuh menahan napas begitu melihat sekilas jam berangkat dan tiba yang rasanya pas dengan rencana perjalanan kami. Dan seperti sudah mengerti perasaan yang berkecamuk di dada saya, mas nya dengan sigap dan bertanggungjawab menarikan jari jemarinya dengan lincah di atas keyboard komputer yang masih berjalan sangat lama -- dan... fyuh! done!! proses booking tiket pergi sudah aman di tangan. Sekarang tinggal tiket pulang, saya minta mas nya melakukan hal yang sama, proses yang sama untuk tiket pulangnya dan karena sudah tidak tersedia tiket 175, apalagi 150, saya mengangguk cepat untuk tiket pulang seharga 200 waktu mas nya tanya mau book yang ini, mbak?

"Iya, mas. Book mas! book deh, cepetan!"

Lalu saya menelan ludah. Keringat jatuh dari dahi menimpa khimar yang saya pakai begitu saja. Terus gimana, sudah selesai? tiketnya dapat tidak?

Penasaran? nanti dilanjut, ya di postingan berikutnya insyaAlloh :)

Sementara itu, yang mau tahu gimana perjalanan saya ke Jogja kali ini boleh meninggalkan komen di bawah, ya. ^^  








Komentar

  1. Pasti dapat tiketnya, iya kan?? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, dapat mbak ��Makasih ya sudah menyempatkan mampir, maaf late respon.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer