Skakmat The Movie


Awalnya, Donny Alamsyah jadi satu-satunya alasan saya daftar acara nobar film yang akan dirilis besok serentak di seluruh bioskop. Iya, besok, 26 November 2015 (catat tanggalnya ya, guys). Saya tahu, Donny udah taken dan semalam, pas preskonnya juga si akang ehem ini bawa anaknya yang mirip saya  lucu. Tapi, setelah sekitar 30 menit, saya baru tahu kenapa film ini jadi film yang nggak boleh dilewatin begitu aja. Kenapa? ya itu tadi, karena menurut saya, film yang ada donny alamsyah di dalamnya akan menjadi tontonan yang sungguh mubazir untuk nggak dimakan.

Alasan lain, hmm...gimana ya... :D  penjahat di film ini (khususnya bos tanah tinggi dan the mami) sukses membuat saya mengepalkan tangan, well, bikin gemas dan berkeringat gitu. Bawaannya pengin ikut tarung aja gitu sama mereka bertiga (minus Jamal, ya). Nggak pernah kan ngerasain tarung di dalam kapal tanpa oksigen selama kurang lebih 5 jam-an? saya juga belum, dan para pemain film ini juga akhirnya menyerah, khususnya Donny saat akhirnya harus menggunakan oksigen juga.

Film ini diawali dengan adegan kejar-kejaran, mirip film-film gangster yang rebutan daerah kuekuasaan, Dito (Donny Alamsyah) yang dalam beberapa scene dibuat terperangkap di tempat sempit (dikepung), dibuat pingsan, dan dipertemukan secara ajaib oleh Jamal (Tanta Ginting), tukang ojeg yang punya pacar kece yang tentu saja, nggak direstui oleh papanya yang galak dan berkumis, yang punya seabrek masalah dengan hidupnya yang kurang lebih sama dengan kondisi saya sekarang ini (nggak jelas karena nggak punya penghasilan tetap).

Adegan pukul-pukulan Dito dan orang-orang yang ngejar dia sempat bikin saya diingatkan pada Iko Uwais di The Raid yang juga berada dalam kondisi yang sama seperti Dito, terjepit di tempat sempit dengan banyak orang yang nggak sabar buat bikin doi KO.


Dan, mungkin nggak akan pernah terpikir oleh kita kalau sosok-sosok Jamal, anak betawi yang lurus, jujur dan bertanggungjawab beneran ada dan bersentuhan secara langsung atau nggak langsung di keseharian kita. Gitu juga dengan sosok Dito, kurir heroin, yang pada akhirnya, memutuskan untuk menghentikan pengiriman heroin yang diperebutkan bos tanah tinggi (Cecep Arif Rahman) dan mami Tuti (Hana Al Rasyid) dengan alasan sederhana; Dito nggak mau kalau heroin ini nantinya sampai ke anaknya dalam bentuk yang paling disukai anak-anak, permen.

Berhubung ini film action komedi, jadi nggak usah heran kalau nanti, di beberapa adegan kita akan dibuat tertawa dengan tingkah Jamal yang er, liat sendiri deh nanti, Jamal-Dito, Jamal-Dorpi (Sutan Simatupang) yang sama-sama nggak bisa bilang nggak begitu udah harus menolong sesama. Jamal dan Dorpi mungkin cuma pion, tapi, kepedulian mereka pada sesama, bikin mereka berhasil nembus pertahanan lawan (dengan kekuatan yang entah datang darimana), dan lalu merubahnya menjadi ster.

Lalu... skak mat, deh! :D nggak mau spoiler ah, biar pada seseruan sendiri aja pas nobar sama orang-orang terkasih nanti. Yang pasti, film ini nggak cocok dikonsumsi 17 tahun ke bawah karena banyak adegan kekerasan, meski nggak mengobral darah tapi lumayan bikin ngilu pas dengar sound efek berantemnya. Kalau saya sih, paling suka pas Mami Tuti dikerebutin 3, eh 2 cowok. Tahu dong kerjaan si mami ini apa. Apa? nggak tahu?

Hmm, kalau gitu, sini, saya bisikin. Janji jangan bilang siapa-siapa, ya... Jadi, mami Tuti itu jago banget bikin Donny 'segar' :D dengan ramuan khusus yang bahkan ditaksir sama bos tanah tinggi yang diakhir film bikin seorang wartawan penasaran apakah akan dibuat sekuelnya atau nggak.  























































































































   






Komentar

Postingan Populer