cerita lain sang winter traveler














Salah satu kelebihan bekerja sebagai wartawan biasanya kita suka mendapat pelayanan bak tamu-tamu kehormatan. Nggak jarang sebaliknya. Ha ha. Tergantung siapa tuan rumahnya. Itu sebabnya mengapa dulu saya begitu ingin mencicipi dunia buruh tulis ini. Keinginan dan mimpi semasa SMA itu pun terwujud. Sebetulnya sih, dulu saya inginnya berada di depan layar kaca. Menjadi seorang VJ sebuah program musik paling keren di masa itu, merupakan sebuah impian yang dikemudian hari harus saya kubur dalam-dalam. Jangan tanya kenapa, please (kepedean).

Hingga akhirnya jalan hidup membawa saya masuk ke dalam dunia wartawan yang penuh liku dan kerikil tajam. Mengenai sebutan wartawan ini pun dulu sempat menjadi polemik. Saya yang bekerja untuk sebuah tabloid yang lebih sering mengulas selebrita, sosialita, dan elit politik ini sempat dituding sebagai wartawan jadi-jadian. Saya tidak begitu pasti mengapa sebutan itu kemudian disematkan pada mereka yang lebih sering menyoroti gaya hidup artis, dan sebagainya. Yang saya tahu, pada saat itu mengantongi surat izin liputan dengan tanda tangan pemimpin redaksi di atasnya sudah sesuatu yang wah buat saya. Ha ha. Ndeso banget, memang. Surat itu juga berfungsi sebagai pengganti ID yang belum juga saya miliki meski sudah bekerja hampir satu tahun lamanya.

Baru pada saat saya bekerja di media betulan (tutup muka pake serbet), saya dibekali ID yang sering saya pakai untuk nakut-nakutin polisi tidur. Pak polisi, maksudnya. Ngaruh memang? Kadang. Kalau mau nyobain silakan bikin ID pers sendiri. Berasa hebring deh kalau udah ngantongin kartu sakti itu (buat saya, ya).

Enough tentang saya. Sekarang, mari menuju gambar di atas. Buku ini saya ambil karena satu, sih. Nyeritain pengalaman keliling dunia. Perjalanan senang-senang, begitu saya sering menyebutnya. Gimana nggak senang kalau kita tinggal terima beres, jalan-jalan gratis, diongkosin bolak-balik, disakuin pula, belum lagi dikasih fasilitas menginap di hotel yang kadang nggak pernah berani kita bayangin. Saya, sih, khususnya. Kesempatan kayak gini ya cuma bisa didapetin kalau kalian jadi wartawan. Iya. Wartawan. Jurnalis. Penulis juga. Bukan penulis status di sosial media, ya. Apalagi yang isinya lebih sering curhat colongan. Eh, tapi, ada juga sih artis yang berhasil nerbitin buku berkat keseringan update status di akun sosmednya.

Dari web bukune, Erza S.T. sang penulis, merupakan seseorang yang suka menyesap champagne, mengoleksi tas, dan mengalungkan scarf di leher. Setidaknya begitu yang ditulis Windy Ariestanty yang juga menjadi penyebab penulis menulis buku yang menceritakan pengalamannya mencicip perjalanan tidak biasa. Kalau kita pada umumnya lebih memilih traveling pas musim panas, mas Erza sebaliknya. Ya. Penulis buku The Winter Traveler and other stories ini lebih memilih melakukan perjalanan saat matahari lebih banyak bersembunyi. Damn. Mas ini pasti twilight holic, deh secara matahari jarang banget muncul di sana.

Kamu nggak akan percaya kalau ada orang yang rela makan di teras hotel saat hawa dingin bulan Februari tak jarang membuat orang malas keluar rumah. Demi apa? demi keanggunan sebuah museum dan kecantikan sebuah gereja. Yeah. Mas Erza melakukannya. He did it.

Banyak pengalaman lucu dan tak terlupakan yang mas Erza alami selama mengarungi musim winter. Salah satunya saat dikenai tagihan air saat makan di sebuah hotel bintang tujuh di Abu Dhabi. Atau saat pertama kali merasa deg-deg-an saat memesan es krim yang melayang tiba-tiba. What a mystery.

Alasan yang lain kenapa saya membawa buku ini pulang dari perpustakaan, saya penasaran dengan penjual kastanye yang tampan. Saya melewatkan kisah perjalanan yang lain hanya untuk sampai pada halaman ini. Ha ha. Dan, you know what, hasilnya sepadan. Setidaknya, saya punya bayangan apa yang harus saya lakukan nanti ketika bertemu dengan lelaki penjual kastanye tampan itu.

You don't have to be good and great just to read this convinient book. Just make sure, that your world will not be the same again when you know what will you do with your own life. Whatever it is, just be happy. By what?

Traveling.  
    




 









Komentar

Postingan Populer