Bahagia Yang Sederhana


Langit sore itu mendung. Embusan angin yang sepoi sempat membuat mata ini diserang kantuk. Namun perjalanan harus tetap dilakukan. Perjalanan saya sore itu menuju Panti Asuhan Al Khairan, tidak menemukan kendala yang berarti. Lokasinya yang terletak di Pondok Kelapa, Jakarta Timur adalah salah satu alasan mengapa saya mendaftar untuk mengikuti acara buka bersama anak yatim di Panti Al-Khairan yang diasuh Bu Nani Chaerany. Dekat dan mudah dijangkau meski seorang teman merasa cukup kesulitan menuju ke dalam yang tidak bisa diakses kendaraan umum selain ojek.

Setibanya di panti, saya menemukan suasana yang merah dan meriah. Merah oleh warna baju anak-anak Duafa Al-Khairan dan meriah karena wajah-wajah kecil saya dapati begitu semringah menyimak pihak dari Wings membuka acara.

Ah, ternyata kebahagiaan itu sesederhana itu adanya. 

Dan harus diakui kalau saya kemungkinan datang terlalu pagi karena saya tidak bisa menemukan teman-teman blogger yang lain setibanya di masjid Al-Khairan. Hanya wajah-wajah asing yang kompak berseragam biru-biru yang saya temui, dan dua diantaranya menyambut saya dengan kehangatan yang memikat hati.

Oh ya, acara amal ini diinisiasi oleh ‪#‎SoKlinBerbagiKelembutan‬  yang selama satu minggu kemarin telah mengadakan digital activation yang berlangsung di media sosial Facebook & Twitter dimana Moms dan para pengguna So Klin diundang untuk berpartisipasi dengan mengunggah cerita dan foto bersama So Klin Detergent favoritnya.

Duh, saya kelewatan bagian ini.

Dengan mengunggah satu foto dan satu cerita ini, berarti Moms dan para konsumen telah menyumbangkan 12 pcs So Klin Softergent kepada anak-anak yang kurang beruntung. Sekitar 40 paket berhasil terkumpul selama satu minggu berkat antusias yang ditunjukkan para Moms yang mengunggah foto dan cerita mereka menggunakan So Klin.

40 paket (1 paket berisi 12 pcs So Klin Softergent) ini diserahkan pihak Wings kepada Bu Chaerany sementara makanan dan minuman serta uang tunai langsung diserahkan kepada 80 anak-anak Duafa Al-Khairan yang memancarkan wajah semringah. Lucu deh waktu melihat beberapa anak yang sudah menerima paket langsung merogoh-rogoh isi paketnya tanpa dilihat. Pengin tahu tapi tidak mau dilihat gitu apa isinya. Hihihi.


Anak-anak ini tidak pernah lagi bersentuhan dengan gadget (karena memang begitulah peraturan yang dibuat Bu Chaerany), rutin bangun di sepertiga malam, tidak merokok, dan tidak pacaran. Jika ada yang melanggar Bu Chaerany tidak ragu-ragu memberikan tindakan tegas dengan mengirimkan sang anak yang bermasalah pulang ke rumah orang tuanya (atau kerabatnya). Biasanya sih kebanyakkan dari anak-anak yang sudah dipulangkan (merengek) meminta untuk dikembalikan lagi ke panti.

Waktu saya tanya berat atau tidak menerapkan peraturan tersebut kepada anak-anak, Bu Chaerany menjawabnya seraya tersenyum. "Tentu saja sulit, mbak. Tapi lama kelamaan bisa, kok. InsyaAlloh akan terbiasa seiring berjalannya waktu," tutur perempuan asal Bugis Ambon ini.

Kendala lain yang ditemui Bu Chaerany waktu membangun panti asuhan dan sekolah gratis ini pun juga cukup berwarna. Dimulai dari sulitnya memenuhi persyaratan surat menyurat (dokumen) sampai kesulitan keuangan yang membuat Bu Chaerany merelakan taksi-taksi yang dimilikinya dijual. Namun itu semua tidak menurunkan semangatnya untuk membantu anak-anak Duafa yang punya keinginan untuk memiliki kehidupan yang jauh lebih baik.

"Ibu tidak ingin kalian begini terus (tidak mampu). Kalian harus jadi manusia yang bermanfaat biar bisa mengangkat derajat martabat keluarga," begitu motivasi yang terus dibangun Chaerany kepada anak-anak asuhnya.

Hingga kini, ada sekitar 125 anak Duafa yang berada di bawah naungan panti asuhan Al-Khairan yang kini sedang merenovasi bangunan asrama dan sekolah. Chaerany berharap kelak saat anak-anak yang diasuhnya keluar dari panti asuhan Al-Khairan dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi keluarga dan orang banyak.





























  

Komentar

Postingan Populer