Ramadan yaa kariim


Alhamdulillah, ya gaes kita yang masih hidup sekarang ini masih diberi nikmat, kesempatan untuk bertemu dan kembali merasakan nikmatnya beribadah di bulan suci Ramadan. Bulan seribu bulan yang dimana nggak akan ada bulan selain bulan ini yang Alloh ciptakan dalam satu tahun yang penuh dengan magfiroh. Istilahnya, cuma di bulan ini saja Alloh mengobral ampunan, pahala yang berlipat ganda buat siapa saja yang memohon pertolongan pada Alloh untuk disanggupkan melakukan segala amal kebaikan.

Ya, karena siapalah kita manusia yang bagai setitik debu di padang pasir jika bukan karena pertolongan Alloh, rahmat Alloh pastilah kita bahkan tidak akan sanggup mengurusi diri kita sendiri. Jangankan berbuat kebaikan, jika Alloh tidak berkenan memberikan bantuan, niscaya kita bahkan tidak akan sanggup mengurus diri kita sendiri. Itulah besarnya kasih dan rahmat yang diberikan Alloh SWT pada manusia, umat nabi terkasihnya, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassallam.

Jadi, yuk, mari kita gunakan bulan ini dengan niat untuk terus mengisi hari kita, setiap detik, setiap menit dengan kebaikan-kebaikan yang tentu saja disukai dan diridhoi oleh Alloh SWT. Tentu saja ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan untuk mengisi bulan seribu bulan ini selain berbelanja bahan pokok yang naiknya ampun-ampunan ya bu ibu, atau membuat list menu sahur dan berbuka untuk orang-orang terkasih.

Hihi, ini penting lho, jangan salah. Tapi ya jangan sampai juga di pikiran kita disibukkan hanya dengan memikirkan itu dari hari ke hari. Ada baiknya jika kita bisa melibatkan sebagian anggota keluarga, anak-anak yang sudah besar misalnya untuk membantu pekerjaan rumah tangga. Misalnya saja si kakak yang sudah bisa diberi amanah atau tanggungjawab untuk membantu ibu beberes atau bebenah rumah.

Atau membantu me-listing menu (harian, mingguan, bulanan) dan berbelanja bahan setelah semua menu dipastikan ditulis dengan rapi dan lengkap di buku catatan harian bunda. Pasti si kakak juga senang deh jika kita mempercayakan si anak untuk mengerjakan atau menyelesaikan satu tugas tertentu.

Seperti misalnya si abang, keponakan saya yang saat ini berusia 7 tahun jalan delapan (November nanti insyaAlloh) yang antusias sekali membantu saya beberes rumah. Dia bahkan mulai berani mengambil inisiatif membantu saya merapikan kamar mulai dari kamar nenek abo (kakek)nya, kamar antenya (saya tentu saja) dan kamarnya sendiri bersama bunda dan ayahnya.

Ini kemajuan luar biasa karena saya sendiri tidak pernah meminta abang untuk melakukan ini dan itu kecuali tugas-tugas kecil seperti buang sampah atau menyapu. Saat saya sedang mencuci piring pun abang suka melihat saya dan lama kelamaan tangannya mulai gatal untuk membantu. Main air sih, maksudnya sebenarnya saya tahu karena memang si abang suka banget main air. Dan saya membiarkannya membantu dengan memberi arahan abang bisa membantu membilas sementara tante yang mencuci semua piring-piring yang ada.

Dia pun mengangguk setuju, wajahnya cerah dan matanya berbinar begitu saya memberi lampu hijau untuk dia bisa membantu saya mencuci sambil bermain air. Waktu itu sih saya sambil lalu bilang kalau kita jangan pernah memboros-boroskan air ketika sedang mencuci piring atau melakukan hal yang lainnya. Terus ya dia tanya dong memang kenapa ante? saya bilang kalau di luar sana masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu bisa minum atau tidak dalam sehari saking kurangnya air di rumah-rumah mereka.

Pun begitu halnya saat kita sedang makan, saya wanti-wanti sekali lebih baik abang nambah saat makanan yang di piring sudah habis (kalau mau nambah) daripada mengisi piring full mentung tapi kemudian lebih banyak yang dibuang daripada yang masuk ke dalam perut. Mubazir kan, bang. Saya bilang begitu padanya. 

Si abang pun mengangguk dan terus melanjutkan main airnya alias mencuci piringnya bersama antenya yang mungkin dipandangannya lebih menyeramkan dibanding bundanya. Hihi. Jadi, kalau saya itu memang agak keras sama si abang, dalam hal disiplin. Saya selalu mengusahakan si abang untuk memilih satu dari dua opsi yang ada dengan maksud tetap menjaganya dalam koridor yang baik.

Kalau si abang sudah mau nonton tivi nih misalnya, saya bilang nonton tivi boleh asal abang merasakan ada manfaat yang bisa diambil dari tontonan yang tersedia. Nontonnya pun ada waktunya, tidak seharian melotot di depan tivi dan mengabaikan kegiatan lain yang mungkin lebih patut untuk dilakukan.

Saya sendiri sih memang sudah lama tidak mengkonsumsi tivi dan alhamdulillah merasa masih baik-baik saja sampai saat ini. Berita-berita yang saya rasakan perlu saya konsumsi bisa dengan mudah saya cari di internet atau dari status-status teman-teman yang baik yang suka men-share di akun-akun sosial medianya.

Dan memang, nonton tivi atau bahkan buka sosmed itu bisa mengotori hati kalau terlalu lama dan lebih banyak surfing atau baca hal-hal yang kurang berisi. Misal baca komen-komen dari status teman yang fenomenal. Kan kadang kalau scroll down itu kita suka lupa diri ya bu ibu. Mending juga blog walking ke blog-blog yang saya tahu betul saya dapat meraih manfaat jika berkunjung kesana.  Kalau di sini lama juga nggak masalah, kata saya.

Misalnya saja blog mbak Nurisma Fira yang berada jauh di luar sana bersama keluarga kecilnya. Atau akun mbak Savitry Icha yang suka sharing resep makanannya yang duh ampun jangan diterusin deh bisa ngiler nih kalau diingat-ingat :D Mbak Icha sekarang juga masih berjuang hidup di Norway yang mendapat jam puasa terlama ke-4 di dunia, yaitu 20 jam. MasyaAlloh, kebayang saya saja yang di sini puasa 13-14 jam sudah seperti apa ya hawa-hawanya, nggak kebayang kalau saya yang harus merasakan puasa selama itu.

Alloh memang maha baik karena hanya memberikan situasi tertentu pada orang-orang tertentu yang sudah Alloh jamin sanggup menjalankannya. Tinggal keyakinan kita sajalah yang dapat menghantarkan kita untuk bisa melalui ujian atau cobaan yang ada, tentu saja dengan izin Alloh azza wa jalla.

Ramadan Mubarak to you and your families, insyaAlloh...



 




















    

Komentar

Postingan Populer