Pengalaman Kerja di Konsultan Hukum

Saya percaya segala sesuatu yang terjadi di kehidupan kita pasti ada alasannya. Termasuk pengalaman saya kerja di konsultan hukum kemarin.

Meski hanya 6 bulan, saya jadi sedikit tahu seperti apa kehidupan pengacara. Pengacara seperti profesi lainnya semisal dokter punya latar belakang yang spesifik di bidangnya.

Dan oleh karenanya, kerjaannya pun terarah dan terukur. Mengenai pengalaman, ada lawyer di tempat saya yang pernah kerja juga di media. Mantan wartawan jadi pengacara bukan hal yang mustahil.

Mostly advokat di sana masih muda-muda, dan kantornya pun masih belia. Just in case ada yang tertarik kerja di konsultan hukum baik itu sebagai batu loncatan atau karir, ketahuilah kerja di kantor hukum itu tidak mudah, kawan!

Yang namanya pulang on time tidak ada di kamus mereka. Even yang bukan lawyer pun jadi punya pola kerja yang sama. Bisa dibilang jam kerja mereka lebih dinamis (kalau nggak mau dibilang suka-suka) karena datang bisa siang banget, pulang wallahu a'lam jam berapa.

Karena tidak ada background hukum sama sekali, sebagai orang yang ngurusi calon customer saya dibekali dulu sedikit ini dan itu. Memang hanya kulitnya saja karena kita juga diminta aktif untuk cari tahu sendiri jika ada hal-hal yang belum diketahui dan bisa dicari sendiri solusinya.

Ini agak risky menurut saya karena pengetahuan dan pemahaman saya akan hukum bisa saja berbeda dengan apa yang saya baca dari berbagai sumber yang ada. Kalau sudah begini, bertanya tentu tindakan paling bijak yang bisa diambil.

But, mereka nggak suka kalau kita terus menerus disuapi. Kerja dong, usaha dikit. Kan kamu digaji buat kerja, jadi usaha dikitlah jangan dikit-dikit nanya, dikit-dikit nanya. Gitu!

Kejam? Iya! Kenyataannya saya merasa begitu, dan mungkin ada baiknya karena di dunia hukum itu nggak ada namanya wilayah abu-abu. Kalau hitam hitam, putih ya putih.

Tapi, karena saya menangani kasus rumah tangga (divorced speciality) sedikit lebih luwes karena menyangkut banyak pihak dengan berbagai macam perasaannya.

Ada yang telepon cuma tanya-tanya dulu, ada yang manfaatin buat curcol (mumpung konsul gratis) dan kadang curcolnya nggak sebentar. Just face it. Mereka kadang datang belum dengan keputusan bulat. Masih galau dan oleh karenanya pengin tahu kayak apa sih proses perceraian.

Berwarna banget ternyata kerja di sana. Ada lawyer yang keras banget, bawaannya pengin ngajak berantem kalau ngomong. Ada yang santai, kelewat santai jadi dinilai nggak perform saking santainya dan in the end di cut sama perusahaan sebelum kontraknya berakhir. Nyelekit sih, but bisa saja itu membuka pintu yang lain buat orang itu yang jauh lebih baik.

Selain waktu dan disiplin, tingkatkanlah pengetahuan kamu seputar pekerjaanmu (di bidang apapun) yang kamu geluti saat ini. Sambil terus memperbaiki niat ya, bukan cuma untuk dinilai bagus sama perusahaan tapi karena memang sebagai ladang ibadah.

Kalau niat dari awal diperbaiki, begitu ada kejadian yang nggak cocok dengan harapan (misal seperti saya nggak diperpanjang kontrak), di phk secara sepihak, nggak diangkat-angkat jadi karyawan meskipun sudah kerja lumayan lama, kita jadi nggak kecewa terus mutusin demo itu perusahaan.

Kecuali ada hak kita yang dilanggar perusahaan, kita berhak untuk memintanya. Bisa melalui jalur hukum atau di luar pengadilan. Pelajari dulu plus minusnya seperti apa.

Well, kerja dimanapun dan di bidang apapun, just do your best. Ini masih saya pegang. Kerja nggak harus di kantor, nggak harus 8 to 5. Kamu bisa jadi freelance, freelancer yang terbaik, komit sama kerjaan dan lakukan yang terbaik. Push to the maximum limit only for Allah.

Memperbaiki niat ini membantu banget di saat saya lagi down, jenuh dan lain sebagainya.

Wallahu a'lam bisshawwab

Komentar

Postingan Populer