Standar Cantik

Saya senang Aan menulis lagi di medium. Dia memang cuma cerita soal lelaki yang lemah menghadapi kenyataan. Meski begitu, saya tetap membacanya.

Tadinya saya mau membahas hal yang lain, tapi entah kenapa saya merasa penting dan berkewajiban membahas soal ini. Sepertinya ada satu tulisan menyoal ini yang saya tulis untuk lomba. Hasilnya? alhamdulillah tidak menang.

Tulisan kali ini bukan buat lomba hadirin, tenang saja. Saya masih merasa sedikit risih begitu mendengar komentar, "kok kucel amat sih? Minimal lipstik kan kek biar gak pucet-pucet amat."

Buat yang kesehariannya memang suka dandan komen kayak gini pastilah tidak akan terdengar, ya. Kalau masih ada keterlaluan.

Sebelum membahas lebih jauh, saya ingin kita sepaham dulu soal apa atau kayak gimana sih cantik itu. Saya setuju sama Ustadz Nudzul Dzikri, baik laki atau perempuan itu bisa dimasukkan dalam kategori cakep relatif dan cakep yang disetujui banyak suara.

Dan tidak tahu kenapa, media kenapa ya kalau bikin berita mesti harus ada kata cakepnya. Rame pula yang klik berita yang ada embel-embel cakepnya.

Sayangnya yang sering viral masih yang seperti ini. Padahal, kita masih bisa bikin berita dari banyak sisi lainnya. Kita sepertinya masih meletakkan penampilan, sosok ragawi figur untuk menarik perhatian khalayak ramai. Meletakkan kecantikan atau fisik yang sempurna sebagai sebuah kebanggaan. Kalau yang diberi amanah cantik, ya bangga dengan cantiknya. Kalau yang diberi amanah kaya, bangga dengan kayanya. Kalau yang diberi titipan kekuasaan, bangga atau malah dzolim dengan kekayaannya.

Kita bahkan mungkin merasa malu kalau bawa partner ke kondangan yang tampangnya masuk dalam kategori biasa-biasa saja (ini bisa diperdebatkan tentu saja). Biasa mungkin menjadi tidak masalah selama kantongnya tebal. Sama saja, kan?

Terus, ada saja orang yang melempar komentar (yang kurang bertanggung jawab) kok ceweknya mau ya sama cowoknya yang biasa banget gitu? Atau biasanya lebih kejam kebalikannya. Perempuan kan biasanya suka lebih hebring yes begitu ngomongin perempuan lain.

It's kind a weird. But it does really happen. Karena faktanya semua perempuan itu dilahirkan cantik, kita saja yang memandangnya tidak atau kurang cantik karena kita meletakkan standar kecantikan pada apa yang kita baca, lihat juga dengar di media. Ini tidak sehat, sungguh.

Waktu saya sekolah dulu, percaya tidak saya sudah baca majalah-majalah remaja yang isinya kebanyakkan membahas how to look beautiful and the bra and the bre. Pokoknya seputar kecantikan jasadiyah.

Kecantikan di dalam itu jarang banget dibahas atau yang sering disebut inner beauty. Makanya jadilah kita kalaupun cantik tapi masih suka atau malah hobi nyinyirin orang lain yang mungkin gayanya jauh lebih ok dari kita. Gimana lagi yang biasa-biasa menurut standar kita?

Ini pentingnya kita belajar standar cantik itu menurut siapa sih yang harusnya kita pakai? Kalau kita tahu dan paham kalau Allah itu tidak melihat rupa juga fisik kita melainkan ketakwaan hamba Nya, kita pasti tidak akan pusing dan menghabiskan waktu hanya untuk gimana sih biar bisa tampil cantik dan sebagainya di hadapan orang apalagi gebetan.

Kalau kata Aa Gym mau kita dandan setakarkebek orang yang lihat kita males saja gitu, malah mual kalau memang Allah mau. Intinya kan yang pegang hati setiap manusia itu Allah. Allah yang maha berkuasa membolak balikkan hati tiap anak manusia. Kitanya kadang yang tidak sadar, lupa kalau cantik, harta, kekuasaan, tahta itu cuma titipan yang sudah pasti akan hilang kapanpun Allah mau.

Jadi, kalau kita mau orang yang kita suka melihat kecantikan kita yang sejati, dekatilah yang maha memiliki hati. Sudah pacaran lama juga belum tentu ujungnya nikah. Lebih banyak ruginya (khususnya perempuan) mudharatnya kalau kita pacaran, sholihat.

Berapa banyak orang yang pacaran 5, 7, 10 tahun nikahnya malah sama pacar orang lain? Sampai ada hashtag jaga pacar orang. Ada memang yang akhirnya dinikahin sama pacarnya, tapi kita yakin tidak Allah ridho dengan pernikahan itu?

Meni ribet pisan kedengarannya? Ya buat situ saja ribet. Mending ribet di awal sih daripada kita melawan perintah Allah, di akhirnya buat Allah murka. Wal iyadzubillah.

Kita itu kan hidup di dunia cuma sementara. Dulu saya kemakan juga sama beginian. Life is short then have some fun! Work hard play hard. Ini maksudnya teh kunaon yak? Yah begitulah.

Yang betul kan work hard pray harder. Minimal seimbanglah meskipun juga susah kayaknya buat kita nyeimbangin dunia sama akhirat.

Tapi yang penting kita usaha. Yang dilihat Allah itu kan prosesnya. Hasilnya moga-moga Allah beri khusnul khotimah. Karena kesuksesan itu adalah kesudahan yang baik (khusnul khotimah).

Saya yakin ini jadi cita-cita muslimah dimanapun berada. Waktu kita terbatas, sholihat. Jangan pusing, stres sama kata orang soal penampilan kita, serius itu tidak ada pengaruhnya sama sekali sama hidup kita karena komentar manusia cuma sepanjang lidahnya kalau kata Ustadz Khalid.

Wah, referensinya Ustadz nih, mesti radikal ini yang nulis. Sok atuh, dibilang radikal mangga saja. Karena sekarang ini kita sudah seperti kehilangan makna lantas melempar kata radikal seenak jidat kita ke siapa saja orang-orang yang berseberangan dengan kita. So shallow.

Dua hari yang lalu, teman Ibu saya berpulang. Emak Ustadz Abdul Somad dipanggil pulang Allah lebih dulu. Hari ini atau besok bisa jadi giliran kita, sholihat. Jadi, manfaatkanlah waktu kita sebaik mungkin dalam kebaikan. Karena kalau kita tidak menghabiskan waktu dalam kebaikan, kita pasti akan larut dalam maksiat pada Allah. Pilihannya cuma dua itu saja.

Kebahagiaan bukan terletak pada harta, rupa, tahta dan kekuasaan, dear. Yakinlah, karena mengapa masih ada orang-orang kurang terkenal apa seperti Chester, Shinee, designer kenamaan luar negeri bunuh diri di saat hampir semua apa yang ada di dunia ini sudah dia miliki. Kesadaran ini perlu kita tanamkan dan terus kita hujamkan karena kalau tidak kita akan semakin jauh dari Allah, dan akan menjadi parah dan kerugian bila dunia sudah melekat di hati kita. Karena dunia itu hijau, manis dan ranum. Dunia sibuk berhias dan kalau kita tidak minta pertolongan Allah, kita akan ditarik dan menjadi hamba dari dunia. Naudzubillahi mindzalik.

Wallahu a'lam bisshawwab. 










Komentar

Postingan Populer