Mempersiapkan Dokumen Pernikahan

Foto: pixabay.com

Ternyata benar adanya, mempersiapkan pernikahan itu nggak semudah beli cilok atau batagor di abang2 pinggiran kesayangan. Sebenarnya nikah itu mudah, yang ribet itu gengsi. Gue nggak tahu sih perempuan kebanyakkan kayak gimana, tapi, gue sendiri membayangkan kalau gue nikah nanti, gue pengin sesederhana mungkin. Kalau bisa cuma di KUA aja, that would be good.

Tapi, hidup nggak semudah itu, Fernando. Karena katanya, nikah itu nggak cuma ngomongin tentang kamu dan si dia, tapi juga Pak RT dan keluarga. Lah. Maksudnya, keluarga kedua belah pihak. Buat yang keluarganya manut alias menyerahkan kepada calon kedua mempelai sih, mantaplah itu.

Buat yang nggak, selamat ya! anda layak dapat pujian karena, kebanyakkan rasanya memang ortu2 kita nggak pengin anaknya nikah gitu aja. Yang terpenting sih, yang harus banget diingat bahwa nikah itu nggak wajib dibikin resepsi wah gitu. Kalau mampu dan mau, monggo. Itu lain lagi ceritanya.

Buat yang lagi bingung setelah lamaran mau ngapain, ya diobrolin lagi sama calon pasangan abis itu mau ngapain. Apakah mau langsung nikah (di KUA aja) atau nabung dulu sampai uangnya cukup buat ngadain resepsi. Ini pilihan yang sebenarnya mudah, ya. Tapi, ya dengan alasan di atas tadi, hal yang terlihatnya mudah jadi lebih seperti fatamorgana.

Daripada pusing, siapin dulu deh dokumen atau surat2 yang dibutuhkan buat acara kamu nanti. Ini gue share pengalaman sendiri, ya dengan posisi KTP pihak laki2 DKI. Pertama, kamu perlu menyambangi rumah Pak RT yang rumahnya pasti masih dekat sama rumah kamu, ya sepelemparan batu gitu, paling. Main2lah sambil tanya2 kabar, karena pasti, kalau nggak bikin surat2 macam gini, kamu hampir dipastikan nggak akan pernah menyentuh rumah Pak RT.

Surat dari Pak RT ini namanya surat pengantar gitu yang isinya nanti juga harus mencantumkan ttd plus cap basah Pak RW kamu yang tercinta. Sebelum maju ke RT, gue ke Kelurahan dulu buat tanya2 kira2 apa aja yang dibutuhkan buat melangsungkan pernikahan. Untung petugasnya nggak nanya, calonnya udah ada, mbak? karena Ibu petugas langsung nanya, baru nikah? yang langsung gue jawab dengan anggukan malu2.

Terus petugas nulisin gitu syarat2 yang perlu gue bikin sebelum dateng ke Kelurahan lagi. Ditulisinnya di kertas bekas gitu, kecil lagi. Aku berasa kotor banget karena dikasih kertas cuilan macam itu. Hih. Sesensitif itu emang anaknya.

Gue udah pernah dengar sih, kalau beberapa tahun ke belakang, capeng itu perlu ngurus yang namanya surat layak kawin, yang sifatnya anjuran tapi macam BPJS gitu yang harus nggak harus dibuat. Tapi, karena diminta sebagai salah satu surat yang diperlukan Kelurahan, jadilah gue langsung menuju Puskesmas Kecamatan Cakung sesuai arahan yang ditulis petugas di kertas remahan astor.

Oh ya, di Kelurahan gue juga langsung dikasih surat pernyataan belum pernah menikah kalau kita belum pernah menikah sebelumnya (status single). Surat ini nanti kamu bawa lagi (setelah diisi tentunya) beserta surat2 lain yang dipersyaratkan, ya.

Apa saja? 

1. Pengantar RT/RW
2. Foto Copy KTP Pemohon
3. Foto Copy KK Pemohon
4. Surat Pernyataan Belum Pernah Menikah (Jejaka/Perawan)
5. Sertifikat Layak Kawin dari Puskesmas

Dan sampainya di Puskesmas Kecamatan, karena sudah siang (kelewat siang), petugas di sana yang nggak gittu ramah nyuruh gue buat baca kertas yang ditempel di meja informasi. Sampai akhirnya ada sekuriti perempuan yang ramah, yang dengan berbaik hati membantu gue yang sudah seperti anak ayam kehilangan induknya.

Biar nggak ngabisin waktu, gue foto aja kertas2 itu, dan beberapa hari setelahnya baru gue kesana lagi buat ngurus yang namanya  surat (sertifikat) layak kawin. Kita bahas sertifikat ini di tulisan berikutnya, ya. Stay tune!






Komentar

Postingan Populer