Is He The One?


Setiap orang, punya kesukaannya masing2. Setiap orang, punya ruang nyamannya sendiri. Setiap orang, ingin diperhatikan dan (kalau boleh) dipuji. Entah sejak kapan, belakang saya jadi lebih suka (tertarik) dengan tema2 keluarga dibanding jalan2. Kalau jalan2 dengan keluarga, lain lagi. I don't know. Mungkin, karena lahir dan dibesarkan di keluarga yang nggak terlalu dekat, saya jadi lebih punya banyak waktu di kamar. Menyendiri, sepi di sini aku benci. Ingin bingar hatiku ambyar. Hah, lupakan saja, Pulgoso!

Sebenarnya, saya nggak tahu mau cerita apa. Mungkin karena saya merasa nggak ada yang menarik buat diceritakan, seperti anaknya Pak Ian Rompies, saya jadi suka malas cerita ke orang lain. Di samping memang, nggak bagus juga kalau tiap ketemu orang, kita cerita. Walaupun mungkin, ada saja tipe yang katanya nggak bisa kalau diem gitu aja kalau ketemu orang, apalagi dalam jumlah besar kayak sunatan massal.

Kalau ada hal yang paling absurd yang pernah saya alami, mungkin adalah keadaan saya yang tiba2 dikenalin, tiba2 dilamar, dan tiba2 pernikahan harus diundur karena kondisi yang nggak memungkinkan. Disamping keuangan kami yang alhamdulillah kosongan, kondisi dunia juga sedang berduka. Kalau bisa dapat endorse-an kayak artis2 yang nikahnya disupport brand, enak kali, ya. Haha. Well, ngarep dulu aja. Siapa tahu, nanti ada brand yang tiba2 khilaf ngendorse in nikahan kita. Ye nggak, kang?

Pertanyaan is he/she the one, di usia yang sekarang, saya rasa semakin nggak relevan. Walau dulu saya pernah beranggapan, nikah itu merepotkan, dan ternyata, memang merepotkan (bikin pusing tujuh keliling), sekarang, saya cuma berharap, jika ada kebaikan di dalam pernikahan ini, semoga Alloh mudahkan jalannya.

Ada yang bilang, karena jodohlah kita bertemu. Bukan kita bertemu karena berjodoh. Apa bedanya? coba tanya pada rumput yang bergoyang.



Komentar

Postingan Populer