Creative Writing Workshop with Bernard Batubara


Saya agak lupa bagaimana kali pertama mengenal nama penulis muda nan produktif ini. Bernard Batubara, atau Benz begitu ia lebih senang disapa, yang sejauh ini sudah menulis 8 buku; beberapa novel, kumcer juga kumpulan puisi.

Saya harus bilang, kalau saya tidak memiliki satu pun buku yang ia tulis, pun membacanya seingat saya hanya sebentar. Itu pun di toko buku. Milana. Rasanya, sejak Milana terbit, lelaki kalem dan terkesan agak kaku ini mulai menjadi buah bibir di kalangan perempuan, dan (mungkin) juga kaum adam.

Setidaknya itu yang saya tangkap saat Benz menjadi speaker di acara Creative Writing yang dihelat nulisbuku.com (bersama Astra Honda) pagi ini di Comic Cafe, Tebet, Jakarta Selatan.

Dengan tampilan dan prestasinya yang baik di usia muda, harusnya ia setidaknya sudah punya kekasih. Ah, ya, tentu, kita di sini bukan untuk bicara panjang lebar tentang dapur Benz, melainkan bagaimana ia melalui proses menulis kreatifnya.

Sebelum anda kecewa, saya akan lebih dulu mengatakan kalau saya tidak mencatat 8 tips bagaimana menghasilkan tulisan yang baik disertai pointers lain yang sangat sedikit saya tangkap dari Benz. Saya tidak akan menyalahkan mic Benz yang membuat suaranya terdengar seperti lebah, di samping posisi saya yang tidak strategis karena datang lebih lambat dari yang lain.

Sepanjang kurang lebih satu jam, yang terngiang di telinga saya saat itu hanya tegang, dan indah, atau yang sejenisnya. Untuk yang terakhir, Benz menghabiskan waktu cukup lama sampai membuat saya mengantuk. Apa yang dipaparkan Benz, sesungguhnya tidak jauh beda dengan apa yang diurai AS Laksana dalam creative writing-nya (akan saya bahas sedikit secara terpisah jika ada kesempatan).

Saya lebih tertarik pada interaksi Benz dengan para peserta, betapa cukup sering ia menaikkan kacamata hitam dengan tangan kirinya (sesekali tangan kanan), dan betapa ketatnya jins yang ia kenakan. Mari lewatkan bagian yang terakhir.

Benz berharap, penulis dapat memberikan; kejutan dalam setiap tulisan yang ia tulis, memainkan emosi pembaca melalui konflik yang disajikan turun naik, dan tentu saja sebuah ending yang kalau boleh dibilang spektakuler dan tidak bisa ditebak.

Benz sedikit sekali tertawa saat menyajikan presentasi melalui power poin dari notebooknya yang berwarna merah. Mau tidak mau, saya sering berada pada kesempatan memejamkan mata, walau semakin siang cuaca semakin membuat kulit ini disinggahi keringat.

Di akhir acara, Benz mengungkap ; menulis tak melulu tentang apa, tapi juga tentang bagaimana.



Komentar

  1. Sempat dengar ttg acara ini kemarin dr seorang teman... Tp sayang tdk ke sana :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer