Membiasakan Kebiasaan yang Baik

Setelah tidak lagi bekerja di kantor, ritme hidup saya rasakan berubah pelan tapi pasti. Saya sempat shock awalnya, dan bahkan stres begitu tahu kontrak kerja saya tidak diperpanjang oleh kantor yang kelak malah saya coba syukuri dan ambil hikmahnya.

Tidak mudah memang untuk saya tidak lagi menerima gaji di tiap akhir bulan dan digantikan dengan ketidakpastian menunggu honor dari media yang saya kirimi tulisan, namun saya percaya semua ini terjadi karena izin Alloh SWT. Saya dulu memang sempat sedih, dan mungkin marah mengapa harus saya yang mengalami kejadian ini sampai lambat laun saya mengalami kejadian demi kejadian yang membuat mata saya terbuka bahwa mungkin karena alasan-alasan inilah saya harus melalui episode pedih dan pahit ini.

Sampai sekarang sebetulnya saya masih suka sedih mengapa saya tidak bekerja sebaik mungkin, namun penyesalan tidak akan ada gunanya bila saya hanya berhenti pada meratapinya. Toh, semuanya sudah terjadi dan tidak mungkin Alloh salah memilihkan episode kehidupan yang harus saya jalani.

Alhamdulillah, semakin kesini saya semakin bisa merasakan ada perubahan kebiasaan yang saya rasakan cukup baik yang mulai saya coba rutinkan, semisal olahraga, tidur lebih awal, bangun lebih awal, membaca, bercengkrama dengan keluarga (kebanyakkan dengan keponakan) yang dimana kebiasaan-kebiasaan yang insyaAlloh baik ini jarang saya lakukan saat saya kerja kemarin.

Jika dulu saya kalong, sekarang malah mata sudah tidak kuat diajak melek lama-lama. Kebiasaan tidur malam memang saya dapatkan sejak kerja di media. Yah, kerja di media itu memang berat, sangat berat dan mungkin hampir mustahil bagi mereka yang secara fisik mudah lelah seperti seorang teman yang menyerah dan berakhir resign di bulan ke empatnya bekerja.

Kebiasaan begadang karena deadline kini sudah lama pergi digantikan dengan kebiasaan tidur lebih dan bangun lebih awal yang membuat saya alhamdulillah merasa lebih segar. Saya juga sedikit-sedikit mulai membiasakan lari, keliling komplek rumah saja, dimulai dengan jalan kaki pelan-pelan, jalan cepat, sampai disesuaikan ritmenya jika saya rasakan sudah kuat untuk lari (meski itu pelan).

Dan bangun pagi itu membawa banyak berkah, salah satunya kita jadi bisa lebih banyak merenung, merefleksikan hidup kita sesaat sebelum memulai kegiatan. Saya bersyukur meski tidak lagi bekerja di kantor yang dulu cukup nyaman ritme kerjanya, saya masih bisa berada di dunia yang tidak jauh dari itu. Dunia tulis menulis.

Pasti ada alasan mengapa saya dipertemukan dengan sebuah blog (saya lupa blog siapa yang membuat saya memiliki azzam kuat untuk mulai nge-blog) yang kemudian membawa saya pada kesempatan-kesempatan baik, meliput acara dan yang paling saya syukuri adalah bertemu dan menambah teman-teman baru.

Saya masih sangat baru di dunia ini, dan ternyata dunia blogging itu juga sangat dinamis seperti pekerjaan atau profesi lain di luar sana. Jika dulu saya hanya ingin menulis untuk mengeluarkan unek-unek atau apa pun itu, kini rasanya tak berlebihan jika saya berharap ada manfaat yang dapat dipetik siapa pun di luar sana yang menyempatkan mampir ke blog ini dengan alasan apa pun.

Saya sangat menghargainya. Dan mohon maaf jika blog ini belum rapih karena saya bahkan masih belum mampu membuat blog ini menjadi lebih ramah dan easy to find dari setiap kategori tulisan yang memang tidak begitu banyak. 

Rutinitas kadang membuat kita menjadi tidak sensitif pada keadaan sekitar. Setidaknya itu yang saya rasakan saat saya menjadi karyawan. Itu salah, saya tahu itu dan oleh karenanya saya mengupayakan untuk mengubahnya sedikit demi sedikit. Dan perubahan baik sekali pun tidak akan pernah bisa terjadi jika Alloh tidak mengizinkannya.

Aa Gym bilang dalam hidup ini yang kita perlukan adalah ridho Alloh, karena segala sesuatu sudah pasti bergerak atas kehendak Alloh SWT, termasuk diri yang hina ini. Siapalah kita yang kalau dipikir-pikir sehebat apa pun karya yang kita buat jika itu hanya membuat kita lupa untuk bersyukur pada sang Pencipta niscaya hanya kesiaan belaka.

Ada satu kebiasaan yang sejak dulu saya rasakan tidak banyak berubah, yaitu saya tidak bicara terlalu banyak. Terlebih jika saya rasa tidak begitu perlu dan kurang dirasa ada manfaatnya. Ini juga diletakkan pada porsinya, tentu karena jika kita berada dalam sebuah meeting dan kita hanya diam saja tentu akan menjadi kurang baik, ya. Silent is still gold, while speaks about the truth is way more urgent to be done.

Kebiasaan yang insyaAlloh baik yang lain yang juga sedang saya upayakan adalah tebar sapa dan senyum, tentunya hanya pada ukhti-ukhti alias perempuan saja, ya karena saya takut salah paham kalau sama selain perempuan. #eh selain itu senyum itu sedekah, dan kalau bisa bersedekah sebanyak mungkin lewat senyum rasanya tidak cukup sulit untuk dilakukan karena senyum itu bisa menularkan kehangatan dan kebahagiaan, lho.

Ya, kadang rada sepet atau gimana juga gitu ya waktu senyumin orang di sebuah acara katakan tapi orang itu malah melengos bahkan pura-pura tidak lihat atau malah tidak kenal sama kita. Haha. Ya sudahlah, toh yang penting kita sudah berusaha untuk menyapa lewat senyum dan pandangan mata, perihal akan mendapat respon apa dari yang bersangkutan itu sudah di luar kendali kita. Jika kita bisa terus berbuat baik pada orang yang bersikap kurang ramah pada kita kebaikan itu akan kembali pada kita sendiri. Begitu pun sebaliknya.

Tidak usah terlalu dipusingkan mereka yang bicara ini itu di belakang kita, karena tiap ucapan itu akan kembali pada si pengucap. Dan ini berat lho, gaes. Sungguh berat karena setiap ucapan, tulisan, perkataan dalam lintasan hati, pikiran akan mendapat hisabnya masing-masing. Itu sebabnya saya lebih sering diam jika saya rasakan tidak ada yang begitu perlu untuk dibicarakan.

Karena terlalu banyak ngobrol kadang malah membuat saya jatuh dalam obrolan yang tak manfaat, berakhir pada ghibah misalnya. Ini kan sangat nggak banget, ya gaes. Memakan bangkai saudara sendiri, saya kira tidak akan ada yang mau melakukannya, terlebih karena setiap perbuatan akan kembali pada si pembuatnya.  Sudah siapkah kita saat Alloh menimpakan obrolan yang pernah kita ucapkan suatu saat nanti?

Wallahu a'lam bishawab 

Kalau kalian, apa kebiasaan baik yang kalian lakukan, gaes?






    

Komentar

Postingan Populer