Kembali pada Alloh


Setiap yang hidup, pasti akan merasakan mati. Ah, sepertinya, saya sudah sangat hafal dengan kalimat ini. Anehnya, setiap ada yang kembali pada Sang Pencipta, bulir bening kadang tak sanggup saya bendung. Seperti pagi ini, saya harus kembali berpisah (untuk selamanya) dengan salah satu dari 4 kucing ras yang tersisa di rumah setelah 3 yang lain diboyong untuk dirawat saudara.

Kalau dilihat secara kasat mata, memang kucing kami yang ini (peranakan anggora-persia berwarna abu-abu tua) terlihat sangat kurus. Nyaris seperti tidak terurus. Yah, memang begitu adanya. Entah karena kesibukan atau apa, kami hanya memberikan mereka makan sehari sekali, itu pun setelah beberapa lama adik saya absen membeli makanan yang biasa ia beli untuk kucing-kucing tersebut (semacam whiskas). Sementara yang mama dan saya beri, hanya ikan cuek yang kami aduk dengan nasi.

Untuk porsinya diseimbangkan. Awalnya, sih, mereka hanya mengaisi ikan-ikannya saja yang sudah tenggelam di bawah nasi. Ini perjuangan banget, loh, karena setelah mereka makan, nasi itu sudah berhamburan ke mana-mana, termasuk ke badan mereka sendiri. Hi hi. Kadang, saya geli sendiri melihat tingkah mereka saat makan.

Tapi, si mbul paling kecil ini (adiknya mbul-ndut junior), memang sudah kehilangan selera makan sejak beberapa hari terakhir. Badannya semakin kurus, dan selain sisa nasi, badannya yang makin susut juga ditaburi dengan pasir yang biasa dipakai untuk membuang kotorannya. Duh. Waktu pagi tadi saya periksa ke rumah mereka, saya kok tidak melihat si mbul kecil ini, cuma si ndut kecil saja yang meong-meong sendirian. Saya tahu, mereka kelaparan. Karena kemarin saya hanya memberikan mereka makan pagi hari, sementara sorenya terlupa *forgive me o Alloh*

Tidak tahunya, ayah saya meletakkan mereka berdua di tempat yang terpisah. Dipindahkan dong, ya. Dan waktu saya selesai membuat makanan mereka, saya sempat bertatapan dengan si mbul ini untuk beberapa lama. Dan dari matanya, entah kenapa saya merasa ada sesuatu yang ingin ia sampaikan. Saya hanya berkata, "makan ya, mbul," sambil menatap matanya yang sayu dan seperti berair (hiks).

Tidak tahunya, setelah saya tinggal masuk ke dalam sebentar, saat saya kembali melihat mereka untuk mengecek apakah mereka makan dengan lahap (seperti biasanya), saya hanya melihat kepala si mbul terkulai di pinggiran piring nasi mereka. Sementara si ndut menatap saya dengan pandangan paling nanar yang pernah saya terima darinya *sigh* Ternyata, itu adalah tatapan terakhir saya dengan mbul kecil *mewek*

Saya sudah feeling, saat saya teriak memanggil namanya, dan mengetuk pintu, tidak ada reaksi dari si mbul. Innalillahi wa inna illaihi roji'un... ini sudah yang terbaik untuk mbul dan kami semua. Mbul, kamu pasti bahagia bisa berkumpul bersama muezza, kucing baginda nabi Sallallahu 'Alaihi Wassalam, ya sekarang. Yang kakak sesalkan, kami telah lalai merawatmu dengan baik, mbul. Semoga Alloh mengampuni kealpaan kami dalam merawatmu, mbul :"(

Mohon doanya, ya, kawan-kawan. Agar tiga yang lain dapat terus sehat dan lincah, seperti sedia kala. Aamiin YRA...

Kalau kalian, pernah mengalami pengalaman yang serupa, tidak? Moga-moga tidak ada trauma setelahnya, ya, teman-teman...







Komentar

  1. aamiin semoga sehat semuanya..aamiin
    btw... seneng ketemu pecinta kucing jg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih doa dan kunjungannya mbak suria riza. Wah, mbak punya kucing juga di rumah? Ras juga atau kk, mbak?

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer