must bring items

Kalau kamu bisa membuat lima list, kira-kira benda apa saja yang selalu ada dan menemanimu melalui hari-hari? Dalam keseharian, tentunya masing-masing orang akan punya list yang berbeda, ya. Misalnya saja seorang ibu dengan anak perempuan, meski sama-sama kaum hawa, list atau must bring items yang selalu ada di dalam tas mereka mungkin berbeda. Mungkin juga sama, meski tidak harus plek-plek samanya. Atau kakak laki-laki dengan adik perempuannya, apalagi ini, ya. Sudah pasti berbeda-lah. Ha ha.

Kalau saya, dari jaman baheula, ada beberapa items dalam list nanti yang tidak pernah ketinggalan. Selalu ikut kemana pun saya pergi. Kadang, saya sampai membawanya tidur, masuk ke alam mimpi :P Tidak sampai segitunya, sih. Tapi, terkadang, item-item ini memang terlalu sayang jika harus saya tinggalkan di rumah.

Pernah, saya tidak memakai satu item dari list ini, dan somehow merasa ada yang janggal atau tidak beres dengan saya di hari itu. Sampai segitunya, kah? Iya. Saya sampai segitunya. Bukannya terlalu cinta sama barang tertentu, sih, saya hanya merasa, benda-benda ini telah membantu saya dalam berbagai banyak hal, occasion, situasi, dan kondisi.

Berikut, lima benda yang wajib menemani aktivitas keseharian saya di luar rumah:

cinderella shoes

Ada tidak yang bisa pergi tanpa ini? :D ok ok. Pasti tidak-lah, ya. Kalau ditanya penting mana sepatu sama gadget kita? apa? ya dua-duanya, dong.  Iya. Percaya. Tidak mungkin-lah kalau kita harus memilih satu diantara dua benda paling penting dalam keseharian kita. Jawabannya, dua-duanya pasti penting. Beda sama pulsa yang, yah, so so-lah. Ponsel, sih boleh keren. Tapi isinya? ntar dulu ha ha *dicium pembaca sejuta umat*

Buat saya, sepatu ini bukan sekadar sepatu. Jangan dilihat dari harga dan rupanya, ya guys. Karena sepatu ini sudah melanglang buana. Kehadiran sepatu hasil dari pemberian mama ini, begitu membantu meringankan saya yang kegiatannya mobile banget. Dengan profesi sebagai reporter, keberadaan sepatu karet ini bagai penyelamat hidup yang tak gentar mendaki gunung, lewati lembah, menerjang hujan dan badai, dan teriknya sinar matahari di Jakarta. 

Entah bagaimana jadinya bila saya memakai sepatu berbahan katun, beludru, atau bahkan sutra saat harus mengejar-ngejar narasumber yang sibuk, terkenal, fenomenal, bombastis seperti ahok dan lainnya? berhasil dapat statement tidak, keserimpet, iya.

Pakai ini saja saya masih kesandung di event peresmian kartu gitu oleh ahok di daerah Utara sana. Kesangkut kabel gitu, sih ha ha gegara sibuk rebutan ngambil spot paling kece buat naruh hape di depan ahok. Ya, mungkin salah saya juga karena rebutannya sama kameraman yang sigap banget ngelindungin reporternya biar bisa live eksklusif buat stasiun tv mereka. Tapi, halooooo, tolong kabel sama sepatunya dijaga, dong, mas, mbak biar tidak ganggu yang lain *elap keringat*

Belum lagi waktu liputan buat radio di Bekasi, sudah mana tidak familiar daerah situ, nyasar iya, hujan badai, geledek pula, lupa bawa rain coat lagi *sigh* beneran, deh. Habis dari liputan gajebow itu, besoknya saya bulet untuk mengundurkan diri secara teratur. Itu sepatu meski kerendam, alhamdulillah mengantarkan saya selamat sampai tujuan. Jadi, sepatu ini tidak diragukan lagi militannya.


Tas ini saya beli dengan harga cukup murah di Gramedia. Saya sudah lama mencari ransel model seperti ini. Warna dan modelnya, begitu pas dipandang mata saat saya berkeliling rak-rak sepatu dan tas. Selama ini, saya jarang pakai tas selain ransel dengan alasan praktis dan bisa muat banyak. Beberapa teman suka aneh dengan barang bawaan saya begitu melihat isinya.

Bahkan, beberapa ada yang bilang saya aneh karena tas-nya tampak jauh lebih besar dari orangnya. Hi hi. Yang ini, sih saya setuju.  Ada juga yang bilang aneh karena kamu akan bisa menemukan segala macam benda di dalam tas ini. Mulai dari buku, koran, gadget, laptop, pulpen, gunting, gunting kuku, minyak kayu putih, sampai kumpulan kertas dan kartu nama yang campur jadi satu.


Sebetulnya, saya tidak begitu suka baca buku, sih. Kalau majalah, saya baca beberapa majalah remaja yang sudah akrab sejak jaman putih abu-abu dulu. Baca apa? lebih sering cerpen sama zodiak he he. Tapi, lately, saya lagi ngerasa malas banget baca cerpen, atau apa pun itu yang bernama karya fiksi. Dan sebenarnya, saya juga lagi stuck banget sama yang namanya nulis. Mumet banget ini isi kepala *deep sigh* itulah saya. Lebih sering mikirin yang tidak penting-penting. Padahal, harusnya saya tidak membawa apa pun itu yang kurang baik ke dalam kepala saya, ya.

love notes
Sejak ada ponsel, keberadaan note ini kadang lebih sering tergantikan. Walau sebenarnya lebih cepat tulis tangan kalau lagi ada preskon, atau liputan event-event serius. Saya suka malas nulis di kertas karena suka susah baca tulisan sendiri.


Mungkin, saya harus menata ulang mimpi saya menjadi seorang penulis. Laptop ini, punya sejarah yang manis dan panjang dalam hidup saya. Namun, sepertinya saya harus mengubur kenangan itu dalam-dalam.

Kalau kamu, apa?









Komentar

Postingan Populer