Sehat Itu Tanggungjawab Bersama

Ketika mendapat pertanyaan apa yang paling penting yang harus kita jaga sebagai wujud rasa syukur pada Yang Maha Kuasa, saya kira kita semua setuju bahwa menjaga kesehatan dengan baik, yaitu misal dengan rutin berolahraga, mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, menjaga jam tidur, tidak mengkonsumsi alkohol, dan lainnya adalah salah beberapa dari usaha kita untuk bersyukur atas kesehatan yang diberikan. Karena kesehatan, seperti rezeki dan jodoh yang tidak akan jatuh begitu saja dari langit, melainkan harus kita jemput.

Makanya, saya paling gregetan kalau ada orang yang menyepelekan masalah kesehatan ini, lebih-lebih jika sudah diberi peringatan, eh masih saja tetap ngeyel. Contohnya saja yang paling sering saya temui adalah para perokok yang asyik dan khusyuk banget menghisap rokok dengan tanpa sedikitpun merasa bersalah menghembuskan asap rokoknya ke sekitar. Di tempat umum pula. Sering kan kita melihat para perokok bahkan masih bisa menghisap rokok dari atas kendaraannya. Ini menyedihkan sekali, padahal siapa yang tidak tahu apa saja kontribusi penyakit yang bisa dengan menghisap benda bernikotin itu? efeknya berantai, bukan hanya si perokok yang rentan terhadap penyakit, tapi juga mereka yang tidak merokok tiba-tiba dipaksa menjadi perokok pasif berkat menghirup asap rokok yang membumbung dengan bebas di udara.

Penyakit kan nggak kita cari saja masih datang, apalagi yang jelas-jelas dicari. Namun, masalah nggak akan pernah selesai dengan hanya mengutuki keadaan. Di keluarga, saya bersyukur ayah sudah berhenti merokok beberapa tahun yang lalu. Itu pun setelah beliau sakit. Sayangnya, adik lelaki saya masih merokok bahkan dalam jumlah yang terbilang di luar kewajaran untuk anak seusianya (26 tahun) dan masih sulit menghentikan habit ini meski sudah diminta untuk berhenti berkali-kali. Tapi tak apalah, yang penting terus diingatkan dan dinasehatkan, tentu saja dengan cara yang baik.

Dan, saya mungkin juga beberapa teman yang lain yang belum tahu kalau pemerintah, melalui kementerian kesehatan juga peduli terhadap masalah kesehatan. Terlebih  perihal masalah kesehatan yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan oleh kualitas pelayanan primer.

Setiap elemen masyarakat itu berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dan memadai, terlebih mereka yang berada di pedalaman atau remote area yang sulit mengakses berbagai macam kebutuhan hidup. Di sini pemerintah mengambil peran dengan melakukan pemerataan akses kesehatan melalui program Nusantara Sehat, yang punya tujuan memperkuat pelayanan kesehatan primer untuk mewujudkan Indonesia sehat melalui peningkatan jumlah, sebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan. See? betapa penting kan bagi kita untuk mendukung program ini?  

Meski terbilang baru, program ini melibatkan tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan lingkungan, analis kesehatan, dan tenaga kesehatan masyarakat di dalam satu tim kerja. Tim ini diharapkan dapat memberikan pelayanan secara optimal karena menggunakan pendekatan yang terintegrasi dan mengedepankan aspek preventif bukan sekadar kuratif dan promotif seperti yang sudah-sudah.

Hal ini diperlukan untuk mengamankan kesehatan masyarakat dan daerah yang paling membutuhkan sesuai dengan visi dan misi Presiden Joko Widodo yang tertuang dalam Nawa Cita  poin ketiga yaitu “Membangun Indonesia dari pinggiran”.

Nantinya, tim kesehatan yang terpilih akan ditempatkan terutama di daerah terpencil dan mendapatkan pelatihan intensif baik medis maupun non medis (kepemimpinan, team building, manajemen program, dll) sebelum terjun ke lapangan. Selama bertugas tim Nusantara Sehat akan dimonitor dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan tujuan obyektif penempatannya berhasil dicapai. Siapa saja yang berlatar belakang profesional kesehatan dapat berpartisipasi meskipun nggak memiliki latar belakang medis.

(foto: twitter Nusantara Sehat)
Mungkin saya nggak termasuk satu dari  960 orang tenaga kesehatan yang yang akan menempati 120 Puskesmas yang berada di.wilayah DTPK dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK), tapi saya sangat berharap dapat menjadi penyambung lidah program kegiatan Nusantara Sehat agar makin banyak elemen masyarakat yang tahu bahwa ada program kesehatan keren Nusantara Sehat sambil berdoa target program 2016 bisa berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti.

Saya dulu pernah punya cita-cita pengin jadi tenaga kesehatan, bidan, meski akhirnya malah nyemplung ke dunia tulis menulis yang sudah kadung saya cintai sepenuh hati. Malah sempat mencicipi dunia jurnalis walau cuma seumur jagung. Meski begitu, saya masih boleh berharap kan untuk bisa melakukan sesuatu yang nyata, menyingsingkan lengan baju jika nanti di sana tim Kesehatan Nusantara membutuhkan tenaga kami para penulis garis keras ini.

Jika saya harus membuktikan sesuatu pada ibu saya yang menganggap tidak ada yang bisa saya hasilkan dari menulis, mungkin, melalui pintu inilah saya dapat membuktikan bahwa, profesi apapun, selama itu dilakukan dengan cinta, meski hasil materi tak sebanding dengan yang diharapkan, ada kebahagiaan terselubung dan tak dapat diungkapkan dengan kata-kata begitu tahu ada seseorang atau bahkan banyak orang di luar sana yang terbantu atau minimal terinformasi dengan tulisan yang kita buat (kemudian disebarluaskan ke khalayak luas). Alasan saya ikut ini memang terasa terlalu personal, sih. Saya nggak akan bilang nggak, karena memang itu salah satu alasan yang melatarbelakangi saya menulis tulisan ini. 

Ah, sebaiknya disudahi di sini saja sebelum saya lebih jauh bersentimentil ria.

Jika aku tim Nusantara Sehat...











Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer