Sosialisasi Pelatihan Internet Tunanetra

Saya nggak terkejut begitu mengetahui baru segelintir orang (blogger) dan mungkin media yang datang ketika motor saya mundurkan (kelebihan sedikit) setelah celingak celinguk mencari alamat tempat acara (Pancoran, Jakarta Selatan) yang akan saya ikuti siang ini (5/4). Hawa panas yang menguap berhasil membuat peluh mampir di sana sini. Untungnya, saya memakai baju yang cukup nyaman hari itu meski warna terluar pakaian saya hitam, tetap nggak mengurangi kenyamanan selama berkegiatan.

Karena baru sedikit yang datang, motor pun tak banyak yang terparkir di depan pagar. Hanya saya dan dua motor lain yang tiba tak berapa lama setelah kedatangan saya. Dibantu seorang bapak-bapak yang motornya juga diparkir di sana, motor saya nangkring juga dengan posisi aman. Di tengah dan syukur-syukur nggak mengganggu jika nanti ada mobil yang akan parkir. Maklum, kondisi jalanan lokasi acara memang nggak terlampau besar, meski tempatnya juga nggak terlalu kecil tetap bisa menampung seluruh tamu undangan yang hadir siang itu (blogger dan media).

Saya senang di siang yang panas dan bikin haus itu dapat menjadi saksi dari sosialisasi pelatihan internet tunanetra di rumah internet Atmanto. Mendengar pelatihan internet dan tunanetra, saya langsung bertanya-tanya, bagaimana mereka melakukannya, ya? apa ada aplikasi khusus yang membantu mereka untuk browsing dan mengerjakan segala sesuatu melalui internet? ini menarik, pikir saya.

Pelatihan yang digagas oleh Amy Atmanto dengan Faiz Atmanto sebagai founder ini bertujuan untuk memberdayakan penyandang disabilitas visual (tunanetra) menjadi melek internet. Terlebih sejak dicanangkan revolusi digital oleh Presiden Jokowi beberapa waktu yang lalu.

"Kami berharap saudara-saudara kita penyandang disabilitas juga dapat menjadi bagian dari revolusi digital yang dicanangkan Presiden," kata Amy. 



Rumah Internet Atmanto
Bagi yang belum pernah mendengar mengenai Rumah Internet Atmanto, ini merupakan sebuah gerakan masyarakat yang memiliki visi pemberdayaan masyarakat umum dan penyandang disabilitas agar mereka mampu mandiri. Hal ini bersesuaian dengan misi mereka untuk menyediakan solusi praktis bagi permasalahan yang mereka hadapi, tentu saja dalam hal ini dilakukan dengan bantuan teknologi yang diharapkan dapat memberikan nilai lebih kepada lingkungan.

Bekerjasama dengan komunitas tunanetra Kartunet, program ini meliputi; pelatihan pengenalan komputer, pengenalan internet bagi masyarakat dengan keterbatasan dan pelatihan online commerce bagi penyandang keterbatasan, serta pengembangan website crowdsourcing.

Sementara Dimas, tunanetra S1 lulusan Universitas Indonesia yang tergabung dalam Kartunet menjelaskan dengan kegiatan ini, para penyandang tunanetra dapat melek teknologi dan menjadi mandiri jika bisa menggunakan internet.



"Kami berharap dengan menggunakan internet dan kemampuan mengoperasikan komputer, para tunanetra bisa mandiri secara finansial," ungkap Dimas.

Nantinya, selain dimanfaatkan oleh masyarakat luas, teknologi ini juga dapat dimanfaatkan oleh penyandang disabilitas. "Dengan disahkannya UU disabilitas, kami berharap semua penyandang disabilitas memperoleh akses yang sama terhadap teknologi dengan yang lain," tandas Amy. 

Komentar

Postingan Populer