3 Tips Belajar Bahasa Inggris

Karena ini sudah weekend (lagi), mari kita bicara sesuatu yang tidak membuat kepala pusing. Kalau kantong yang kena, saya angkat tangan. Apalagi menyoal asmara yang seretnya tidak ketulungan. Duh, amak. Tapi, apa iya masih berlaku tindakan purba, cinta ditolak dukun bertindak? pusing betul saya dibuatnya karena serius, beberapa hari yang lalu, saya mendapati ibu saya sedang berbisik-bisik dengan teman wanitanya yang kalau curhat suka kali bawa-bawa nama saya. Maksudnya, nanya-nanya saya gitu apa sudah ada perkembangan atau belum. Ceritanya bisa tiga hari tiga malamlah kalau saya jelasin sekarang.

Daripada pusing kepala aku dibuat mereka, lebih baik saya sharing tips ala (kadarnya) saya, pastinya bagaimana bisa belajar bahasa inggris. Sebetulnya tidak ada aturan yang baku, namun, kali ini saya akan menjelaskan pengalaman saya saja selama mempelajari bahasa internasional ini. Berhubung di rumah kakak saya paling senang nyebut-nyebut 'kalau bahasa inggris belajar sama tante noh, kan tantenya pintar bahasa inggris' pada keponakan saya yang tentu saja setelah itu dengan polosnya ia bertanya, 'tante pintar bahasa inggris, ya?' yang kemudian saya jawab dengan cengiran atau ajakan main.

Yang pertama tidak selalu berhasil, namun yang kedua tidak pernah tidak berhasil dalam mengalihkan perhatian keponakan ganteng saya itu pada pertanyaannya yang sungguh sulit saya jawab. Sebetulnya saya tidak tahu kalau saya ini tergolong pintar atau tidak sebelum akhirnya, beberapa tahun yang lalu saya memutuskan untuk mengikuti TOEFL yang kelak saya ketahui hanya berupa prediction dan hasilnya, jauh panggang dari api. Score yang hanya berupa prediction itu mengatakan kalau saya, untuk ukuran saat ini belum layak mengajukan beasiswa yang persyaratannya banyak bikin hati gentar.

Tes-nya sudah bertahun-tahun yang lalu, namun rasa tegang dan manisnya masih bisa saya rasakan hingga saat ini. Mungkin karena itu TOEFL pertama yang saya ikuti, karena segala sesuatu yang pertama bernilai long lasting forever and ever (opo iki). Tapi, begitulah. Semenjak mengambil tes yang dulu saya kira bisa saya gunakan untuk melamar pekerjaan (ternyata tidak), saya kembali pada kehidupan saya yang mau dibolak balik kayak apa tetap jomblo dan jobless. Kombinasi 2J yang seperti sudah melekat di tubuh saya dan enggan untuk pergi sekadar liburan beberapa hari. 

Ok. Saya kira saya sudah terlalu melebar dari inti pembicaraan kita. Jadi, dengan latar belakang yang (mungkin) buat sebagian kawan-kawan agak menyedihkan, silakan disimak tips berbahasa inggris sebagai berikut. Semoga berguna.

1. Niat
    Sebelum bahas yang lain, coba selami ke dalam diri kita terlebih dahulu untuk melihat seberapa serius atau seberapa penting kita melakukan sesuatu.  Kadang, kita melakukan sesuatu, mengambil keputusan atau apapun itu dengan terburu-buru, tanpa pertimbangan matang sampai akhirnya menyisakan penyesalan. Niat ini menjadi (sangat) penting, karena ia akan menjadi dasar dari keseriusan atau kesungguhan kita dalam mengerjakan sesuatu yang kalau niatnya setengah-setengah, bisa jadi kita akan kalah oleh terpaan badai, gelombang yang datang di kemudian hari. Ini termasuk soal niat untuk menikah (aheum!).
     Seperti saya kemarin yang mengambil tes dengan niat untuk dilampirkan dalam melamar pekerjaan yang sebetulnya tidak ada yang salah dengan itu. Hanya saja, saat itu niat saya hanya sebatas itu. Lebih besar kepada rasa ingin tahu, penasaran apa saya sudah sejago itu sehingga bisa lulus dengan mudah dari kelas advanced di sebuah lembaga kursus di sekitaran Pusat Jakarta sehingga hasilnya pun ya seperti itu. Seperti niat saya yang tidak jelas juntrungannya.

2. Sukai
    Sejak dulu, bahasa inggris memang jadi pelajaran favorit saya selain olahraga, bahasa indonesia dan tata boga. Saya kemudian pernah diberikan beasiswa olahraga di sebuah kampus yang tidak saya ambil karena saya pikir mau jadi apa saya setelah keluar dari kampus jurusan olahraga? karena saya memang tidak pernah berpikir untuk serius di bidang ini meski saya menyukainya. Sampai sekarang, dengan alasan suka, saya masih sesekali mengikuti perkembangan olahraga yang saya sukai yaitu bulu tangkis, dan sesekali menjadi komentator, nyinyiers dengan seorang teman di sosial media. Catatan untuk bagian nyinyir saya tujukan karena alasan personal, misal tidak suka pada seorang atlet sebuah negara (sebut saja negara T) yang menurut saya ya kok songong, arogan, angkuh banget, gitu.
     Dengan berbekal alasan suka, saya jadi punya alasan untuk tidak sembarang berhenti atau berputus asa ketika hasil yang saya inginkan tidak persis sama seperti yang saya idam-idamkan. Pun begitu halnya dengan bahasa inggris. Walau merasa saya cukup bisa atau dikarunia Yang Maha Kuasa kemampuan untuk bicara bahasa inggris dengan cukup baik, saya tetap saja merasa masih sangat jauh dengan kemampuan seorang teman di SMA yang nilainya kala itu kalau tidak 9, ya 10. Itu bukan hanya untuk bahasa inggris saja tapi hampir rata untuk pelajaran lainnya.
     Namun, kadangkala, orang pintar bisa kita kalahkan atau minimal kita sejajari dengan ketekunan dan kerja cerdas yang seteguh batu karang. Orang sepintar apapun kalau malas belajar atau mengupgrade diri akan tergilas dengan mereka yang kelihatannya biasa-biasa saja atau malah blas tidak bisa hanya karena mereka tekun atau rajin mengasah kemampuan mereka yang segitu-gitu saja tadi itu. Awalnya mungkin mereka tidak suka, atau malah benci, tapi karena bahasa inggris hampir dibutuhkan di setiap lini kehidupan kita, mau tidak mau mereka terus memaksa diri untuk minimal menyukai bahasa inggris dulu.
     Dan untuk melakukan hal ini saya katakan tidak mudah kalau kita tidak memaksakan diri sekuat mungkin. Pada akhirnya, sejauh mana kita bisa memaksakan diri hanya kita yang bisa melakukan penilaiannya. Karena pada dasarnya, tiap manusia sudah diberikan Yang Maha Kuasa kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan kelebihan serta memperbaiki kekurangan tersebut untuk menciptakan kesempatan hidup yang jauh lebih baik dan bermanfaat.

 3. Latihan Latihan Latihan
     Ok. Mau seberapa banyak pun tips yang kita telan kalau kita tidak praktik, ya sami mawon. Sia-sia. Saya sadar akan hal ini karena hingga detik ini sadar atau tidak sadar saya masih (bahkan sering) menggunakan bahasa inggris, meski ala kadarnya entah itu pada saat menulis atau bicara (baik dengan diri sendiri atau orang lain). Hal ini membuat saya tidak gagap saat harus menggunakan bahasa ini di berbagai kesempatan (meski jarang).
     Keterpaparan kita terhadap sesuatu akan membuat kita minimal tidak merasa aneh atau asing saat menggunakan atau memakainya. Makin sering keterpaparan itu kita sengajakan, bisa jadi hasil yang kita dapatkan akan semakin baik. Dalam konteks bahasa inggris, keterpaparan terhadap bahasa ini bisa kita dapatkan melalui literatur, musik, film (dengan subtitle bahasa inggris tentu saja), channel berita berbahasa inggris, teman diskusi, orang asing yang kita temui, diskusi/seminar/program berbahasa inggris, dan lain-lain.
     Saya sendiri paling senang nonton film barat dengan menahan diri untuk memunculkan subtitle bahasa indonesianya jika kepala sedang tidak pusing betul saat itu. Kalau musik, saya masih suka dengar beberapa dan masih suka bingung dengan kosakata yang makin hari makin terasa asing di telinga.
     Kalau pernah dengar 'practice makes perfect', saya kira tips ini masuk dalam kategori ini. Karena segala sesuatu yang tidak instan akan jauh lebih langgeng (dalam berbagai makna) dibanding yang instan (tidak berlaku untuk mi).

That's it for today, saya kira. Saat menuliskan ini, saya sungguh berharap, beberapa teman saya dan seluruh teman-teman di luar sana yang sedang menunggu hasil IELTS sebagai salah satu syarat beasiswa menemukan hasil yang baik, bukan hanya untuknya namun untuk segenap keluarga, bangsa dan agama.

Kesuksesan tidak dihitung seberapa banyak raihan yang kita dapat, namun seberapa besar kita bisa memberi.










































 

Komentar

Postingan Populer