Kontrak Tidak Diperpanjang?

Saya sudah uninstall beberapa sosial media, dan oleh karenanya saya tidak update lagi isu-isu yang berkembang. Saya tidak banyak mengikuti orang di sosial media, hanya yang saya yakini bisa dipastikan kebenarannya dan terpercaya.

Kau tahu, tidak banyak orang seperti itu bisa kita temui. Terlebih sekarang ini. Tidak usah bicara media mainstream. Media-media itu, apa yang mereka berita setiap harinya; mengerikan.

Saya tidak lama bekerja di media, kurang dari 3 tahun. Itu pun biasa-biasa saja. Tidak ada prestasi gemilang yang saya torehkan selama baik bekerja untuk media hura-hura (anggap saja begitu) lebih-lebih media internal.

Ada yang bilang kalau mau kaya, media bukan tempat yang pas. Kau bisa kaya dari media kalau kau menjual dirimu, idealismemu.

Tentu saja kau bisa mendapatkan apa saja yang kau mau kalau kau all out melakukannya. Menjadi budak untuk uang. Menulis yang baik-baik saja, entah itu tentang sesuatu atau seseorang. Dan dengan segera, uang akan mengalir dengan deras ke rekeningmu.

Ada orang yang bahkan rela menjadi loper koran di tempat medianya bekerja. Haha. Sepertinya, uang mengantar jauh lebih besar dari gaji yang diterimanya setiap hari (kalau dihitung harian). Sampai segitunya?

Iya. Sampai segitunya kerasnya kerja di media. Namun sekarang, lihatlah. Kita bisa dengan mudah mengakses berita apapun di media. Siapapun bisa menulis apapun. Tak heran, dunia blogger menjadi sesuatu yang begitu kemilau di tengah teriknya persaingan bisnis kuli tinta.

Wartawan bodrex, saya pernah mendengar istilah itu dan mungkin tanpa saya sadari saya pernah menemukan satu atau dua di lapangan.

Saya tidak ingat pastinya. Tapi, ada saja orang-orang yang bekerja hanya untuk mendapat goodie bag, merchandise, doorprize atau apapun itu namanya. Biasanya mereka malah lebih eksis dari wartawan asli.

Sebetulnya, saya ini tak pandai nulis. Nulis buat media orang lain. Itu sebabnya mengapa jalan karir saya hanya seumur jagung di media. Walau saya pengin banget terus di dunia ini kalau media gak ada yang butuh saya, ya percuma.

Ada yang justru cemerlang tulisannya, malah jadi pengacara. Itulah jalan hidup, gak ada satupun manusia yang bisa menebaknya.

Teman saya lain lagi. Menurut anggapan saya sih, dia jempolan, di lapangan terbukti gigih. Yo tapi, dia gak mau nyemplung lagi di media. Gak tau kenapa. Saya paling gak suka ngurek-ngurek hidup orang. Mungkin itu sebabnya saya dibilang super cuek.

Btw, ngomongin soal pengacara. Kemarin, saya sempat kerja di konsultan hukum yang kantornya lumayan representatif.

Saya gak punya background hukum dan gak suka sama hukum di negeri ini. Baru kali itu saya kerja sama kumpulan pengacara dkk.

Sempat merasa terpukau, dan akhirnya sampai pada kesimpulan. Pengacara juga manusia biasa, bukan manusia super. Dan yang terpenting, hukum masih jadi industri di negeri ini.

Saya gak ngerti kenapa saya bisa masuk ke dunia itu dan diterjunin ke divisi perceraian. Lumayan berat, lebih berat dari divisi yang lainnya. Megang 2 divisi bukan hal yang sepele.

Mungkin, karena pas saya yang megang gak banyak orang yang akhirnya jadi cerai (setidaknya di kami), kontrak saya gak diperpanjang.

Itulah hidup. Kadang, apa yang kita pandang buruk, bisa jadi baik menurut sang pencipta. Begitu juga sebaliknya. Yakinlah, kalau saat ini kamu lagi mengalami hal yang serupa, Alloh akan menggantikan dengan yang jauh lebih baik.

Insyaallohu ta'ala

Komentar

Postingan Populer