Orientasi Hidup

Saya sempat tidak percaya ada seorang teman lelaki saya yang bilang kalau saya seorang aktivis yang keras kepala. Waktu itu, kami berbincang sambil menunggu narasumber yang sedang tanggung dengan pekerjaannya dan oleh karenanya meminta kami menunggu sampai ia siap diwawancara. Bahasan kami waktu itu ringan saja, saya lupa persisnya seperti apa. Yang pasti, kami terpaksa harus mengakhiri diskusi itu dengan kesimpulan yang saya sebutkan di awal.

Kita memang sering menyimpulkan sesuatu tanpa merasa perlu membuatnya lebih terang. Lebih sering, ini membuat kita tersesat. Kalau sudah jauh tersesat, konsekuensinya kita akan kesulitan menemukan jalan pulang.

Di zaman yang penuh fitnah ini, kita perlu untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan terus belajar, mengejar ilmu yang kita perlukan untuk dunia serta akhirat kita. Bagi yang sudah menikah dan dikaruniai anak, tugasnya menjadi lebih tidak mudah. Jadi, yang masih jomblo, bersyukurlah karena masih diberi kesempatan untuk belajar seluas mungkin. Karena kalau sudah menikah, tentu saja porsi belajar akan berkurang karena sudah ada tanggung jawab lain yang harus diprioritaskan.

Ilmu bukan tidak penting. Ia adalah alasan mengapa kita melakukan sesuatu. Ilmu yang seperti apa? ilmu yang dapat mendekatkan diri kita kepada Alloh adalah ilmu yang kita perlukan, karena hanya dengan itu, kita dapat membedakan mana yang haq mana yang bathil. Jadi, kalau ada ilmu yang malah membuat kita menjauh dan mempertanyakan kekuasaan Alloh SWT, kita patut mempertanyakan kembali bermanfaatkah ilmu tersebut untuk bekal akhirat kita nanti?

Karena kita percaya ada kehidupan setelah hidup kita di dunia. Ada pembalasan yang pasti akan kita terima karena kita telah menanam perbuatan kita selama di dunia. Kita tidak bisa hidup bebas begitu saja dan merasa bahwa atas nama ham, kita bisa bertindak sesuka hati kita. Karena jika kita sudah dirasuki pikiran seperti itu, kita bisa berbuat seperti apa yang dilakukan oleh dua perempuan yang naik ke atas panggung bertelanjang dada.

Acara tersebut adalah konferensi Islam, dan entah atas nama apa, perempuan-perempuan itu berteriak tanpa rasa malu di atas panggung dengan ratusan bahkan ribuan pasang mata yang menghujaninya. Bersyukurlah kita yang masih diberikan rasa malu, karena rasa malu penting untuk menjaga kita dari melakukan perbuatan-perbuatan tercela.

Inikah yang kita sebut dengan toleransi? inikah yang kita teriakkan sebagai hak asasi manusia, dimana muslim dimanapun mereka berada mereka disiksa, ditendang, dibunuh, dihujani bom, gas air mata, dan setelah itu media bisa dengan bebas mengatakan bahwa Islam begitu lekat dengan terorisme, radikalisme, dan oleh karenanya pemerintah merasa perlu melakukan deradikalisasi yang entah dimaksudkan untuk tujuan apa dan kepentingan siapa.

Negara ini hanya perlu menerapkan syariat Islam dengan kaffah, karena dengan begitu kita akan memiliki kesadaran untuk menyaring perbuatan kita sendiri. Kita akan punya rasa malu untuk meletakkan ban kendaraan kita di depan garis putih di jalan (karena ada hak pejalan kaki disana yang kita langgar jika kita melakukannya), kita akan berpikir seribu, sejuta kali untuk terima suap melakukan korupsi karena manusia memang tidak melihat, tapi Alloh? kita akan malu mengumbar aurat karena aurat kita hanya berhak dilihat oleh mereka yang berhak melihatnya.

Kedudukan perempuan dalam Islam sudah tinggi, dan oleh karenanya kita tidak perlu meneriakkan feminisme yang hadir entah untuk meneriakkan apa. Alloh telah menciptakan kita berpasang-pasangan, dan oleh karenanya hampir dipastikan mustahil hubungan sesama jenis karena itu sudah keluar dari fitrah manusia.

LGBT itu adalah sebuah penyimpangan, dan jika kita peduli dengan mereka yang terjerumus ke dalamnya, tentu kita tidak akan tinggal diam dan merasa kita sudah peduli dan bertoleransi dengan hidup mereka dengan membiarkan mereka tetap dalam penyimpangan itu. Kita punya beban moral yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak, mengapa kita diam atas kondisi tersebut?

Sudah saatnya bagi kita untuk berperan, sekecil apapun dalam jalan dakwah yang sungguh sangat tidak mudah. Kita bisa memulainya dari diri kita dan keluarga kita. 

Wallohu a'lam bis shawwab










Komentar

Postingan Populer