pintu-pintu kehangatan

Waktu saya kecil, orangtua ternyata suka mengajak anak-anaknya jalan-jalan. Dari album keluarga yang berdebu, saya melihat kebersamaan keluarga kami yang tengah berfoto bersama di depan jerapah, gajah, dan lainnya.

Iya. Foto itu diambil di kebun binatang saya lupa dimana. Walau nggak ada foto lengkap, karena salah satunya yang mengambil foto, saya masih bisa membaui kembali perjalanan kami ke kebun binatang kala itu.

Saya masih kecil sekali saat itu, mungkin 2/3 tahun atau bahkan lebih muda sementara kakak perempuan saya yang berjarak 3 tahun sudah terlihat menjulang untuk anak seusianya.

Hari libur, buat sebagian keluarga sering dimanfaatkan sebagai hari khusus keluarga. Rasanya menyenangkan ya bisa jalan bareng keluarga setelah berhari-hari hanya sekilas bertegur sapa. Tak ada komunikasi khusus selain tanya jawab singkat yang kadang itu lagi itu lagi.

Ada banyak pilihan tempat liburan yang bisa kita datangi, mulai dari taman bermain hingga museum. Apa pun pilihannya, pastikan hari itu kita menjalin komunikasi yang intens dengan keluarga.

Suami kepada istri, ayah kepada anak, begitu pun sebaliknya. Kadang, meski bersama di rumah di dalam satu ruangan, kita sibuk dengan dunia masing-masing. Sibuk atau bahkan terlena pada dunia maya, yang membuat kita menutup pintu-pintu keharmonisan rumah tangga bernama komunikasi.

Kenapa kita betah banget ngelonin gadget, mungkin karena kita tidak mendapatkan apa yang kita dapatkan di dunia sosial kita di dunia maya. Likes, perhatian, pujian, tepukan, dan lain sebagainya. Padahal, kehangatan yang paling dekat dan mudah kita jangkau ada di samping kita.

Masalahnya, maukah kita memulainya? Membuka pintu-pintu kehangatan yang selama ini membuat kita jauh dari orang-orang terkasih?


Komentar

Postingan Populer