cerita-cerita di dalam secangkir kopi

Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke kantor seorang teman di bilangan Sudirman. Berhubung agak susah cari parkir di sana, saya memutuskan memarkir motor di stasiun dan melanjutkan perjalanan dengan kereta.

Sudah lama juga tidak berkereta sejak terakhir kali ngantor. Dan keinginan untuk itu, entah kenapa sering datang tanpa pernah saya pinta.

Penginnya, sih jalan jauh gitu, ke Jogja atau ke Malang, sekalian, tapi mungkin sementara begini dulu. Toh, saya masih bisa tetap menempuh jarak jauh. Tinggal bolak balik kota-bogor saja, rasa itu sudah bisa terpenuhi meski tentu rasanya berbeda dengan perjalanan jauh yang sesungguhnya.

Karena sudah cukup lama tidak kontak, suasana jadi sedikit canggung. Syukur teman saya yang satu ini talkactive, jauh dibanding saya yang cenderung pendiam. Namun, suasana selalu bisa berubah menjadi cair dengan secangkir teh atau kopi.

Karena saya sudah cukup sering main, saya jadi tidak perlu merepotkan teman saya hanya untuk sekadar membuatkan minuman. Di kantor teman saya ini, disediakan beragan minuman yang bisa disuguhkan untuk tamu yang datang.

Saya pun membuat cappucino sebagai teman menulis siang itu, sambil menunggu teman saya yang sedang membeli makan siang bersama teman-temannya.

Satu draft tulisan pun berhasil saya selesaikan, yang rencananya akan diikutkan pada lomba meninulis sun life jumpa blogger yang acaranya berlangsung beberapa waktu yang lalu.

Kami mengobrol banyak hal, memesan bakso, roti bakar plus kacang hijau sampai matahari hilang di peraduan.



Komentar

Postingan Populer