undefine reasons under your bed

Pernah merasakan jenuh, bosan, jemu (nggak pakai dan, ya) terhadap sesuatu, nggak? terhadap apa saja.

You know what, (nggak ada yang nanya dan pengin tahu juga, sih) saya lagi mengalami masa itu. Duh. Melankolis nggak sih kalau ngalamin yang beginian? Ini bukan cerita gegalauan, ya, guys, inga-inga *tring*

Saya, entah sejak kapan, sedang jenuh dan bosan dengan apa yang namanya fiksi. Menulis, berpikir, atau apa pun itu yang berhubungan dengan perfiksian (you name it).

Yang nggak biasa, saya, beberapa hari yang lalu malah kirim inbox ke mbak nurhayati pujiastuti untuk ikut kelas PT yang rencananya akan kembali dibuka.

Dan, yah, seperti yang bisa diduga, berhubung saya hanya coba-coba (saya yakin mbak nur bisa merasakannya), email saya tak bersambut. Setelah lewat beberapa hari, minggu, saya memberanikan diri untuk melupakan. Mengatakan pada diri sendiri, bahwa rasanya saya butuh menjauh dari fiksi sesaat.

Tidak ada keharusan kapan saya harus kembali. Tidak ada yang bisa memaksa, kapan dan bagaimana saya harus mengatasi rasa jenuh ini. Mungkin, apa yang saya alami saat ini hanyalah refleksi dari tumpukkan perasaan yang lama terpendam.

Apa pun itu, saya sungguh berharap, keputusan yang saya ambil untuk berhenti menulis fiksi sejenak, dapat membuahkan hikmah yang membuat saya dapat melihat dunia dengan lebih baik. Dari sisi yang berbeda. Bahwa menulis, apa pun genre yang diusung, menjadi satu ruang tersendiri bagi penulis untuk menyuarakan kegelisahan hatinya yang paling dalam.

Mungkin, saya harus mulai menanyakan diri sendiri, untuk apa saya menulis.

Kalau kamu?

(sedang menunggu sambil menyesap minuman dingin sebelum jalan kembali)

Komentar

Postingan Populer