Hemat Tanpa Susah

Foto : Google

"Baru tanggal berapa, sudah sekarat nih." Siapa diantara kita tidak pernah mengalami hal tersebut? Duh, kalau ada, jika dia perempuan, akan saya jadikan saudara, kalau laki-laki, di rumah lagi butuh tukang, nih *gubrak* Hahahaha. Masalah klasik but true ini sepertinya tidak cuma menimpa karyawan saja, ya tapi juga pengusaha, dan profesional. Kenapa? jawabannya beragam banget.Yang paling jelas, sih, karena tidak bisa mengatur cash flow keuangan. Mau segede apa pun penghasilan, kalau pengeluaran kita jauuuuh api dari panggang, ya sami mawon.

Simpelnya gini, deh misalnya saja kita terima gaji bersih 5 juta/bulan. Nah, biasanya kan, kalau abis gajian tangan sama mata suka sekongkol, tuh untuk bikin kantong jebol. Kadang kita bahkan suka tidak sadar kalau uang tinggal tersisa beberapa lembar saja di dompet *syedih*. Kalau sudah begini, paling kita tinggal mengembuskan nafas kuat-kuat sambil berpegangan erat pada kubikal teman di kantor, atau geragapan mencari bahu yang bisa disandari *sodorin trotoar*

Sampai di sini, kelihatan jelas kan letak masalahnyadi mana? Yap. kita tuh, ya (catet) terutama kaum hawa kadang suka kelewatan memperturutkan hawa nafsu pada hal-hal sekunder dan tersier yang tadinya tidak penting-penting amat bisa berubah jadi amat penting untuk segera dibawa pulang *kekepin dompet*. Apalagi tipe-tipe macam saya yang naturenya memang boros alias tidak bisa lihat uang di tangan sedikit langsung bawaannya pengin sikat sampai habis. Makanya, orang tipe-tipe kayak saya ini perlu banget membuat yang namanya perencanaan keuangan.

Membicarakan masalah perencanaan keuangan, nih, idealnya, sih, kita jangan cuma mengandalkan penghasilan dari gaji semata. Kita bisa mulai memikirkan untuk memiliki aset, karena kita tidak akan pernah tahu kapan kita berhenti menerima gaji. Sementara jika sudah punya aset, minimal kita bisa menarik nafas untuk membuat perencanaan keuangan yang baru.

Lalu, bagaimana membuat pos pengeluaran yang baik dan benar? hal ini tentunya disesuaikan pada kondisi dan kebutuhan masing-masing. Kita bisa mulai memisahkan pos-pos tersebut berdasarkan fungsinya, apakah
pengeluaran tersebut bersifat besar, sedang, atau kecil. Pengeluaran besar biasanya diperuntukkan bagi pengeluaran masa depan seperti biaya asuransi kesehatan, dana sekolah, dan lainnya.

Ada baiknya, hitung dengan cermat pengeluaran apa saja yang kita perlukan, dan langsung disisihkan setelah gaji kita terima. Jangan ditunda-tunda, ya karena nanti efeknya ya itu lagi itu lagi (belanja belenji bok).

Fungsi dari mengatur pos-pos ini juga bermanfaat sebagai kontrol agar pengeluaran tidak melebihi dari yang seharusnya. Ada beberapa cara untuk mensiasati agar tidak terjadi yang namanya over budget, yaitu dengan membuat pos berdasarkan skala prioritas dan juga kebiasaan.

Sebagai contoh, setelah dipisahkan biaya makan dan transportasi sekitar 60 % (kebutuhan rutin) kita bisa menyisihkan 10% untuk tabungan, dan 30% untuk cicilan (jika ada). Jika tidak ada, bisa dialihkan ke tabungan atau dana darurat yang bisa diambil sewaktu-waktu jika ada keperluan mendesak. Jangan lupa juga, untuk menyisihkan penghasilan terlebih dahulu untuk zakat, infak, dan sedekah, ya, biar penghasilannya makin berkah. Aamiin.

Pastikan untuk segera memasukkan 10% ke tabungan agar tidak tergoda menggunakannya dengan alasan ini dan itu. Terus nih, baiknya sih pisahkan rekening tabungan dengan gaji yang kita buat tanpa atm. Yes, tanpa kartu mungil sakti itu, ibu-ibu. Hahahaha. Dengan begitu, tangan kita tidak akan gatal gesek sana gesek sini *mewek guling-guling*

Terus, yang tidak kalah pentingnya, buang jauh-jauh deh yang namanya gengsi dan gaya hidup yang  kelewat tinggi. What about sale? 75% merek favorit, lagi. Just forget, it. Tahan, ambil nafas, dan yakinkan diri bahwa kita tidak memerlukan barang-barang itu (lain halnya kalau diperlukan). Bagi beberapa perempuan mungkin susah untuk memulainya, ya, tapi, kita tidak akan pernah beranjak kemana pun jika kita tidak mengambil kesempatan yang ada untuk melangkah.

Last but not least, artikel bijak mengelola keuangan mana pun yang kita baca (dan simpan), baru akan menemui hasil jika kita (setidaknya mulai) mewujudkannya dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya sekadar tekad yang bulat bak kue donat :D

Selamat mengelola keuangan dengan bijak, kawan :)

   

Komentar

Postingan Populer